Donor darah tidak 100% aman dari HIV,

admin

Ya memang benar. Jika kita menerima donor darah dikarenakan suatu alasan, belum tentu darah donor tersebut bebas 100% dari HIV. Meskipun kita mendapatkannya dari PMI lho..

Kenapa bisa begitu? Sampai saat ini, PMI baru membuat mekanisme skrining HIV berdasarkan individual risk assessment yang ada dalam form ketika orang ingin mendonorkan darah serta melakukan test HIV cepat (rapid test) ke darah yang sudah di donorkan. Mekanisme ini mempunyai rat hole yang cukup besar. terkait dengan risk assessment, siapa yang bisa menjamin bahwa orang yang pernah melakukan kegiatan beresiko (berhubungan seks tanpa kondon, menggunakan jarum suntik secara bergantian) itu mau dengan jujur bercerita mengenainya.. apalagi dikaitkan dengan tatapan nyinyir dari petugas donornya jika mendengar kalo kita pernah atau sering berhubungan seks tanpa kondom baik dengan pasangan atau pun berganti-ganti pasangan atau kita sering bergantian jarum suntik narkotika.

Tes HIV cepat sendiri memiliki kelemahan yang besar. Tes jenis ini hanya bisa mendeteksi HIV yang sudah berinkubasi melewati periode jendelanya.

Apa itu periode jendela?

Nah, tes HIV cepat itu sebenarnya bukan mengetahui apakah di dalam darah itu ada HIV atau tidak tapi mendeteksi sebuah antibodi tertentu yang muncul sebagai akibat adanya HIV dalam darah. Gampangnya begini. HIV bisa kita umpamakan tentara asing. Sementara antibodi itu itu tentara dalam negeri.. kalo di Indonesia bisa dibilang TNI kali ya.. Ketika awal HIV atau tentara asing ini masuk, dia jumlahnya hanya kecil. Karena kecil dan dia ngumpet-ngumpet, maka kehadirannya tidak bisa diketahui oleh tentara dalam negeri kita. Setelah periode tertentu, yang dikenal dengan periode jendela, tentara asing ini mulai bertambah banyak dan merusak sel darah putih kita. Sebagai bentuk perlawanan, tubuh kita pun mengeluarkan tentara dalam negeri tadi. Kehadiran tentara dalam negeri tadilah yang kemudian di deteksi oleh tes HIV cepat sehingga hasil tes ini bisa membuahkan hasil positif yang artinya di dalam tubuh kita positif ada HIV.

Lalu bagaimana dengan masa dimana tentara asing tadi belum bisa dideteksi? tentara asing ini tetap bisa berpindah ke orang lain (baca menular). Apalagi di saat inkubasi ini, menurut ahli lho, HIV ini sifatnya ganas sekali.. Hiiii…

Jadi ketika orang yang terinfeksi HIV namun masih dalam periode jendela kemudian mendonorkan darahnya tanpa membuka diri jika ia pernah atau sering melakukan kegiatan beresiko tertular HIV tadi, darah yang di sumbangkan jika dites dengan tes HIV cepat akan menyebabkan hasil negatif dan dikatakan aman untuk didistribusikan.

Lalu bagaimana dunk melindungi diri kita? Saya kasih tips dari saya ya dan tolong ditambahkan jika ada yang kurang.

  1. Upayakan apabila kita membutuhkan transfusi darah, pendonornya adalah orang yang sudah tahu bahwa status dia adalah HIV negatif. Keluarga sendiri kadang tidak menjamin lho ya.. 🙂
  2. Jika tidak bisa, segera tes HIV setelah kita mendapatkan tranfusi darah. Minta menggunakan reagen yang sensitif dan bukan hanya tes HIV cepat. agak mahal tapi aman..
  3. Beritahu tips ini kepada semua rekan-rekanmu dan syukur-syukur kalo kenal petinggi PMI bisa meminta agar screening donor darah ini bisa menggunakan reagen yang lebih sensitif dari reagen yang biasa digunakan oleh tes HIV cepat (mis, western blood atau tes untuk RNA lain.
  4. kalau semua tips ini tidak bisa dilakukan, ya banyak-banyak berdoa ya semoga pendonor darah kita itu HIV negatif.. Uppss.. tips yang ini becanda lho.. Selalu waspada kuncinya karena kita semua tanpa kecuali beresiko terkena HIV.
Ada rekan lain yang mau berbagi cerita atau menambahkan atau mengkoreksi? Silahkan lho.. Indahnya berbagi..
Source image: google

Also Read

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.