Interview dengan ODHA Berdaya – Seri 3

admin

orang kayaT: Tolong ceritain dunk bagaimana awal kamu tahu terinfeksi HIV dan penerimaan dari orang terdekat?

J: Awalnya tahu ketika mengikuti rehabilitasi (red, rehabilitasi ketergantungan narkotika), di situ diadakan pemeriksaan darah lengkap termasuk HIV. setelah itu berjalan, hasilnya ada dilakukan fasilitasi oleh pihak rehabilitasi untuk melakukan konseling secara keluarga. Tapi saya belum mau dan belum saya lakukan..kemudian akhirnya yang mengetahui itu kakak saya sama tante. orang tua tahunya yang paling terakhir ketika program terapi dan rehabilitasi saya sudah mau beres baru deh mereka tahu.

Respon mereka kaget dan tidak bisa ngomong apa-apa, nangis dana segala macem deh. Pembedaan perlakuan di waktu awal ada.. kayak piring, sendok ketika saya pulang ke rumah “ya udah pake ini saja! ga usah pake yang lain. Ini punya khusus kamu” Setelah berjalannya waktu, karena mereka juga mendapatkan banyak informasi soal HIV ini, akhirnya pembedaan itu hilang dengan sendirinya.

T: Kamu kan sebagai ODHA berdaya nih.. bisa punya karier sukses di luar dan tidak kerja untuk program penanggulangan AIDS seperti kebanyakan ODHA lain lakukan (karena merasa sulit bekerja di dunia luar program penanggulangan AIDS). Apa sih yang memotivasi kamu untuk sukses kerja di luar program penanggulangan AIDS?

J: Motivasi awal saya sederhana saja yaitu bagaimana caranya bisa meningkatkan taraf hidup dalam konteks ini utamanya adalah penghasilan karena saya sudah punya anak, nah anak ini kan perlu biaya. Ketika kesempatan itu datang, ya saya coba untuk mengambil kesempatan itu. karena menurut saya orang yang bekerja di sektor privat pun atau di luar program penanggulangan AIDS pun ketika saya bekerja, orang-orang tidak mempertanyakan itu (red, status HIV). yang orang-orang tahu adalah saya seorang mantan pecandu. itu yang mereka tahu. selebihnya dari itu, tidak ada pertanyaan ke saya apakah anda pernah menyuntik atau memaksakan pemeriksaaan HIV.

T: Sebenarnya ODHA sendiri sanggup tidak untuk berkompetisi dengan orang yang bukan ODHA di dunia kerja?

J: Oh, kalo untuk pertama kali bekerja di bidang saya sekarang, awalnya ada ketakutan karena ini bukan basic saya untuk melakukan pekerjaan ini. nah tapi setelah menjalani training seminggu, praktek di lapangan, mengikuti alur di lapangan akhirnya menjadi terbuka.. “Oh, kita bisa kok!” menjalani pekerjaan dengan baik meskipun saya ga punya gelar tapi paling tidak implementasi di lapangan saya bisa bekerja dengan baik dan menurut saya itu bisa menyaingi orang lain yang tanpa gelar. Intinya di kemauan kita untuk belajar..

T: Harapan kamu sendiri supaya banyak ODHA bisa mengikuti jejak dan sukses dalam karier di luar itu apa?

J: Kalo dari saya sih, mungkin sudah saatnya kita membuka pemikiran untuk selangkah lebih maju. cuma emang yang jadi kendala adalah kesempatan. Kesempatan ini tidak semua punya.. itu yang jadi kendala. cuma menurut saya ketika kita mau menggali potensi dan siap bersaing dengan orang lain di luar pekerjaan yang sekarang kita lakukan seperti menjadi penjangkauan lapangan atau buddies, itu kita bisa kok dan kita mampu bersaing dengan mereka. Itu yang pertama dan yang kedua adalah mungkin sudah saatnya juga orang-orang yang di sektor privat juga bisa membuka lapangan pekerjaan. Ga ngelihat dari sisi HIV tapi daribisa tidaknya melakukan pekerjaan dengan baik.

Yang paling penting adalah “motivasi kita ada, keyakinan kita ada, saya yakin kita pasti bisa!”

T: Kalo boleh tahu nih, sebagai ODHA berdaya yang sukde, berapa sih rata-rata pendapatan kamu sebulan?

J: Yah, rata-rata sebulan sekitar 7 Juta Rupiah..

T: Terima kasih ya telah datang ke rumah OBS dan menjadi tamu interview kita..

J: Sama-sama..

*Sumber gambar: Google.com

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.