Laporan Perjalanan ICAAP 11 – Bangkok part IV

author

Tulisan Oleh :

Budi Rissetya / @banirisset / [email protected]

Ini adalah kegiatan Plennary hari pertama di dalam International Congress on AIDS in Asia and The Pasific. Pada kegiatan yang saya hadiri, Pembicara dalam sesi ini diantaranya adalah; Steve Kraus (UNAIDS-USA), Timothy Mastro (FHI 360), Baby Rivona (Ikatan perempuan Positif Indonesia – IPPI), dan Aradhana Johri. Topik pada Plennarry session kali ini adalah “Getting to Zero New HIV Infection in Asia and Pacific: Possible or Impossible Dream?”

Di negara-negara Asia Pasific capaian kinerja program penanggulangan AIDS sudah meningkat pesat dari tahun-tahun sebelumnya, ini termasuk juga dengan aspek legalitas yang berkenaan dengan diskriminasi pada populasi kunci. Aspek-aspek hukum seperti penerimaan program Harm Reduction yang bekerja sama dengan pemerintah di negara-negara Asia Pasifik sangat membantu capaian program Penanggulangan AIDS pada KAP (key affected population)

Respon program yang terfokus pada KAP (key affected population) ini sebagai kunci dari investasi penanggulangan AIDS yang effektif dalam menurunkan infeksi HIV. Bahwa zero new HIV infection dapat ditekan melalui penggunaan ARV sebagai intervensi pencegahan (Treatment as Prevention), dan juga efektifitas penurunan infeksi HIV pada pengguna ARV. Treatment as Prevention tidak hanya meningkatkan kualitas hidup ODHA tetapi juga effektifitas nya dalam membendung penurunan infeksi baru.

Komponen penunjang Program Pencegahan HIV antara lain : VCT, Komunikasi Perubahan perilaku, Kondom, CST, Sunat laki-laki, intervensi structural, pengobatan IDU, Alat suntik yang steril untuk Program Harm Reduction, PMTCT, ARV Pre Exposure, dan ARV as Prevention.  Meskipun begitu tetap ada kecemasan terkait post 2015 yang tidak dapat menjamin pembiayaan program penanggulangan AIDS akan mendapatkan pembiayaan yang cukup. Dan juga masih banyak area program yang belum dapat perhatian khusus seperti program pada perempuan, migrant dan youth (orang muda).

Di Indonesia sendiri masih ada dualisme akan program penanggulangan HIV dan AIDS melalui paket Harm Reduction, dimana ada perspektif pelaku kejahatan (pengguna narkotika) dari sisi hukum, sedangkan sisi kesehatan melihatnya sebagai upaya penyelamatan pada orang yang ‘sakit’ agar dapat hidup dan produktif.  Ada beberapa hal penting yang menjadi Kesimpulan dan rekomendasi. Peningkatan penggunaan ARV akan meningkatkan budget program penanggulangan AIDS, sementara kelihatannya ini sebagai kebijakan yang didorong sebagai sebuah terobosan. Sementara itu kita juga memerlukan terobosan untuk percepatan peningkatan penggunaan kondom dalam hubungan seks beresiko. Selain itu juga masih diperlukan upaya untuk meningkatkan pendanaan program.

Penguatan Kepemimpinan Nasional dalam mendorong kesadaran secara Nasional sangat dibutuhkan dalam program Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia, dan harus  sejalannya progam-program dari unit lain dengan SRAN yang sudah dicanangkan.

*dari berbagai sumber (Halik SidikKPAN dan @Gustibrewon)

Also Read

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.