Pengobatan Anak yang Hidup Dengan HIV

author

Saat ini penyebaran HIV dan AIDS tidak hanya mengancam orang dewasa, tapi juga anak-anak. Sebenarnya, bagaimana sih, seorang anak bisa terinfeksi HIV/AIDS? Tanpa Penanganan yang tepat dan program pencegahan, 9 dari 10 anak terinfeksi HIV dari ibunya saat hamil, melahirkan, dan menyusui. Selain itu, anak juga bisa terinfeksi HIV/AIDS melalui tindakan medis, misalnya lewat transfusi darah atau lewat jarum suntik tidak steril.

UNAIDS ungkapkan data terbaru terkait fakta soal anak dan HIV AIDS

1)      Lebih dari 1000 anak terinfeksi HIV setiap harinya, dan lebih dari setengahnya meninggal dunia karena AIDS, akibat kurangnya pengetahuan tentang perawatan HIV.

2)      Pada akhir 2009, terdapat 2,5 juta di dunia anak terinfeksi HIV.

3)      Diperkirakan tiap tahunnya, anak terinfeksi HIV/AIDS meningkat sekitar 390.000 anak.

4)      Dari 1,8 juta orang yang meninggal dunia akibat AIDS selama 2009, 1 dari 9 korbannya adalah anak-anak. Tiap jam, sekitar 30 anak meninggal akibat AIDS.

5)      Kebanyakan anak yang hidup dengan HIV/AIDS, hampir 9 dari 10, tinggal wilayah pinggiran di negara-negara Afrika.

6)      Lebih dari 16 juta anak di dunia yang berusia di bawah 18 tahun telah kehilangan orang tuanya karena AIDS.

7)      Di negara-negara dengan kasus HIV di atas 5 persen, tingkat kehidupan anak terus menurun. Hal ini bisa disebabkan banyaknya anak terinfeksi HIV/AIDS, namun tidak mendapatkan perawatan tepat.

Bagaimana Anak Tertular HIV?

Sebagian besar anak di bawah usia sepuluh tahun yang terinfeksi HIV tertular dari ibunya. Penularan dapat terjadi dalam kandungan, waktu melahirkan atau melalui menyusui. Belum pernah dilaporkan kasus anak yang terinfeksi akibat kegiatan sehari-hari di rumah, walaupun ibu atau anggota keluarga lain terinfeksi HIV. Sebaliknya, HIV tidak dapat menular melalui hubungan langsung dengan anak. Misalnya memeluk, mencium, memandikan, mengganti popok, atau waktu bermain. Sebagian besar anak yang terinfeksi HIV di negara berkembang didiagnosis berdasarkan gejala penyakit terkait HIV, diikuti oleh tes HIV dengan hasilnya positif. Diagnosis HIV pada anak hampir pasti berarti bahwa ibunya dan mungkin pasangan ibu juga terinfeksi HIV. Jadi keluarga membutuhkan banyak dukungan setelah diagnosis HIV pada anaknya. Lagi pula, sebelum anak dites HIV, sedikitnya ibunya harus diberi konseling prates dan memberi persetujuan agar anak dites.

Bagaimana Kita Tahu Anak Terinfeksi HIV?

Seperti dengan orang dewasa, ada beberapa tanda dan gejala yang seharusnya menimbulkan kecurigaan bahwa anak terinfeksi HIV. Ini termasuk: berat badan menurun, atau gagal tumbuh; diare lebih dari 14 hari, demam lebih dari satu bulan; infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang berat atau menetap, batuk kronis; dan infeksi oportunistik sama yang dialami oleh orang dewasa.

Tes HIV pada bayi umumnya menunjukkan hasil positif (reaktif) selama beberapa bulan setelah lahir jika ibunya terinfeksi HIV walaupun anak mungkin tidak terinfeksi. Jadi, jika hasil tes anak adalah reaktif, ini bukti bahwa ibunya HIV, dan karena itu, penting ibu diberi konseling sebelum anaknya dites. Namun bayi dengan hasil tes HIV yang reaktif hanya dapat dianggap terinfeksi bila hasil tetap reaktif setelah dia berusia 18 bulan. Sangat sedikit penelitian mengenai HIV pada anak. Jadi sebagian besar usulan dan pedoman tentang penatalaksanaan HIV pada anak berdasarkan penelitian pada orang dewasa. Sebuah penelitian mengungak anak dilahirkan oleh ibu terinfeksi HIV mempunyai angka gangguan psikiatri dan beberapa masalah kesehatan lain yang lebih tinggi, walau anak sendiri ternyata tidak terinfeksi HIV.

Anak yang terinfeksi selama kehamilan atau waktu dilahirkan lebih mungkin akan mengembangkan tanda dan gejala penyakit sebelum berusia 12 bulan. Anak akan melaju ke masa AIDS secara sangat cepat, dan kemungkinan akan meninggal sebelum berusia satu tahun bila tidak segera diobati. Gejala dapat mencakup tidak mengalami pertumbuhan, ensefalopati, dan/atau infeksi oportunistik umum. Sebagian anak yang terinfeksi HIV waktu dilahirkan dan yang terinfeksi melalui menyusui lebih mungkin akan berlanjut lebih lambat. Anak tersebut cenderung mengembangkan bukti kerusakan berat pada sistem kekebalan tubuh pada usia 7-8 tahun. Kehilangan sel CD4 akan berlanjut berangsur-angsur. Gejala dapat mencakup limfadenopati dan penyakit masa kanak-kanak yang kambuhan. dengan fungsi kekebalan tubuh yang tidak terlalu parah mempunyai harapan hidup yang lebih baik. anak HIV akan tetap sehat dgn sedikit/tanpa gejala penyakit HIV, jumlah CD4 yg normal atau sedikit ditekan sampai dengan usia sembilan tahun.

Pengobatan dan Perawatan

Pengobatan anak dengan HIV terus berkembang, baik untuk mencegah atau mengobati infeksi oportunistik, maupun ART. Dengan pengobatan tersebut, ada harapan bahwa anak tersebut dapat bertahan hidup lama, seperti orang dewasa yang diberi terapi itu. Walaupun kondisi pengobatan ARV untuk anak bentuknya masih kurang bersahabat. ARV yang ada terbukti mengembalikan kondisi anak mjd baik. Menurut pedoman ARV untuk Bayi dan Anak 2010 dari WHO. ARV sebaiknya dimulai pada semua bayi yang didiagnosis HIV di bawah usia 24 bulan, tidak memandang jumlah CD4/stadium klinis. WHO menganjurkan agar semua anak yang lahir dari ibu terinfeksi HIV diberi profilaksis kotrimoksazol dari usia 4-6 minggu.

Anak yang terinfeksi HIV sebaiknya diawasi oleh dokter spesialis anak yang berpengalaman menangani HIV. Perawatan & pengobatan paliatif harus diberikan pada anak agar mereka tidak terlalu menerima rasa sakit, dan untuk memberi kenyamanan pada orang tua dan keluarga lain. Cara terbaik untuk mencegah atau mengobati Infeksi adalah dengan ARV. Anak yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV sebaiknya diperiksa dokter setiap bulan sampai usia tiga bulan, kemudian pada usia enam bulan, dan selanjutnya setiap enam bulan

Pada kunjungan ini, dokter harus memantau keadaan, dan mengobati gejala yang muncul. Penting juga untuk menilai keadaan gizinya pada kunjungan ini. Di luar jadwal ini, orang tua/pengasuh anak juga dianjurkan untuk membawa anak ke dokter bila sakit. Kekurangan vitamin A adalah umum pada anak dengan HIV, dan ini meningkatkan kemungkinan akan muncul infeksi. Dosis tunggal suplemen vitamin A diusulkan setiap enam bulan. Jika mungkin ada kekurangan zat besi atau asam folat (yang dapat menyebabkan anemia), beri suplemen yang mengandung zat tersebut.

Sebaiknya diberi obat untuk mencegah PCP pada semua anak yang dilahirkan oleh  ibu terinfeksi HIV, dari usia enam minggu. Jika ternyata anak tidak terinfeksi, pencegahan tersebut dapat dihentikan. Obat ini juga akan mencegah infeksi tokso & beberapa infeksi lain. Semua anak (terutama < 2th) yg berhubungan dengan pasien TB aktif, diusulkan diberi obat pencegahan untuk TB kecuali jika didiagnosis TB aktif, harus segera diobati dan dipantau oleh dokter. Anak-anak sering mengalami kesulitan memakai banyak obat. Takaran harus disesuaikan dengan berat badan anak. Obat sebaiknya ditelan jika mungkin, dan anak diberi pilihan antara tablet utuh atau dibuat puyer, atau sirop.

Perawatan paliatif adalah perawatan penunjang untuk meningkatkan mutu hidup, meringankan penderitaan penyakit. Harus disediakan pada tahap yang tidak dapat disembuhkan. Perawatan tersebut mungkin dibutuhkan dari masa bayi dan untuk bertahun-tahun untuk beberapa anak. Sementara yang lain baru memerlukannya setelah mereka lebih tua, dan untuk jangka waktu yang singkat. Sebagian besar anak dengan penyakit berat dirawat di rumah. Orang tuanya adalah bagian dari tim perawatan serta anggota keluarga yang membutuhkan dukungan. Sebagai perawat primer anak, mereka harus terlibat dalam tim perawatan – diberi informasi Dan diberi kesempatan untuk membahas rencana pengobatan, keterampilan yang dibutuhkan, dan diyakinkan bahwa nasihat dan dukungan tersedia 24 jam.

Strategi pengobatan bertahap untuk rasa nyeri yang berat tetap dibutuhkan oleh anak anak ini. Anak kecil sering tidak dapat langsung menunjukkan tingkat rasa sakitnya. Ada gambar yang dapat dipakai untuk menilai tingkat rasa nyeri pada anak; gambar ini bisa diminta dari dokter anak. Namun jika memang terjadi atau orangtua mendeteksi adanya rasa sakit yang dirasa, segera ditangani atau dibawa ke Rumah Sakit utk mendapat penanganan khusus.

Persoalan Makanan

Makanan terbaik untuk bayi terinfeksi HIV adalah air susu ibu (ASI). Bila bayi terlanjur terinfeksi HIV, tidak ada alasan untuk tidak menyusui, dan tidak ada alasan untuk berhenti penyusuan setelah enam bulan. Kalau ibu mengalami kesulitan dalam menyediakan ASI, sebaiknya konsultasi dengan ahli laktasi. Jika ada kesulitan memberi makanan pada anaknya, diskusikan bersama dengan masalah medis dan praktis si anak terkait dengan makanan. Masalah makanan sering dipersulit oleh rasa mual dan muntah.

Dukungan Keluarga

Obat yang dipakai untuk menghadapi masalah ini pada orang dewasa juga sering dapat dipakai oleh anak. Keluarga membutuhkan dukungan mulai saat anaknya didiagnosis dan selama pengobatan bukan hanya pada waktu penyakit sangat lanjut. Setiap keluarga adalah berbeda dengan kekuatan dan keterampilan untuk menangani yang berbeda. Harus dipertimbangkan ketersediaan kelompok dukungan sebaya untuk keluarga yang mengasuh anak dengan HIV. Orang tua sering membutuhkan dukungan dan bantuan tambahan, apa lagi bila mereka merasa salah karena anaknya harus menderita penyakit berat ini. Anak dengan HIV perlu pengobatan Spesifik, tidak seperti orang dewasa. Sebagian besar pengobatan orang dewasa cocok untuk anak, namun orangtua harus betul2 konsen terhadap pengobatan anak dgn HIV. Obat yg saat ini tersedia untuk anak dengan HIV masih sulit dan tidak bersahabat. ada banyak penelitian mengenai efek samping atau takaran Jelas takarannya harus diubah sesuai dengan berat badan. dan oleh karena itu takaran mungkin harus disesuaikan setiap beberapa bulan. Anak yang terinfeksi HIV sebaiknya diobati oleh dokter spesialis anak yang berpengalaman menatalaksana HIV, dan diperiksa dokter secara berkala. Seperti dengan orang dewasa, tidak ada alasan anak harus menderita rasa nyeri yang berlebihan. Anak dapat diberikan obat penawar nyeri. Keluarga anak dengan AIDS membutuhkan banyak dukungan, apa lagi jika orang tuanya sendiri terinfeksi HIV.

Sumber : www.spiritia.or.id

Artikel lainnya tentang Anak dan HIV:

Anak dan HIV http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=310

Anak-anak dengan HIV hidup dan berkembang www.childrenhivaids.wordpress.com/2010/02/07/anak-anak-dengan-hiv-hidup-dan-berkembang/

Also Read

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.