Ayah, Ibu.. Aku HIV

author

Keringatku bercucuran tanpa henti malam ini. Aku sangat gelisah dan takut. Ada rahasia besar dalam hidupku yang rencananya akan kuberitahukan pada mama besok. Aku sudah terlalu sering membohonginya. Aku berusaha menyusun rangkaian kata dan mengumpulkan segenap keberanianku yang sempat berceceran beberapa bulan terakhir ini. Apalagi semenjak kepulanganku dari Bandung, setelah menyelesaikan kuliah S2-ku disana. Ini hari pertamaku dirumah. Dan aku berencana untuk membagi rahasiaku.

tumblr_mt7ti9VaZP1ss3rnho1_1280
Aku adalah pengguna napza jenis putau. Sejak duduk di bangku SMP, bukan terpengaruh dari teman teman. Tapi lebih kepada ketertarikanku, dan rasa ingin tahuku. Ayah dan ibuku tidak pernah pelit memberikanku uang saku. Ayahku bekerja sebagai Staff kapal pesiar, sehingga kami hanya bertemu saat beliau pulang kerumah. 10 tahun yang lalu, saat aku masih berada dalam kegelapan dunia narkoba, mereka berdua sangat sedih, orangtuaku. Kami sempat berada dalam masa yang sulit. Masa dimana aku menghabiskan banyak harta keluarga untuk membeli putau. Masa dimana aku sakau dan mamaku menangis karena dia pikir aku akan mati. Atau masa masa dimana aku tidak kunjung pulang karena aku butuh tempat untuk menyendiri. Yup, aku lebih suka sendiri. Pakau* pun aku tidak pernah berkelompok. Aku selalu membeli dan menggunakannya sendirian. Sampai aku bertemu seorang perempuan. Cantik, pintar, dan usianya lebih tua dariku. Seorang Pelukis yang sangat berbakat. sejak itu aku tidak pernah sendiri. Walaupun Sandra termasuk pribadi yang misterius dan cenderung lebih sering bersama kelompoknya yang aku tidak kenal. Tapi kini, aku memiliki teman berbagi perasaan, dan berbagi putau. Sejak saat itu kami menjadi partner.

Akhir tahun lalu aku dengar Sandra meninggal. Kami memang sudah lama sekali loose contact semenjak aku dipindahkan ke bandung untuk mengikuti proses rehabilitasi dan melanjutkan kuliahku disana. Aku sangat kaget mendengar berita kematiannya yang sangat mendadak. Tidak lama berselang setelah Sandra meninggal aku jatuh sakit. Selama sakit di Bandung, aku tidak pernah menghubungi mama atau papa. Setiap kondisiku jauh membaik, aku baru memberanikan diri untuk pulang bertemu mereka. Sampai aku tahu, Sakit apa yang sebenarnya menginfeksi tubuhku selama ini.

 

***

Sore itu kami duduk di ruang keluarga. Ruang yang punya tingkat kenyamanan lebih dari tempat manapun yang pernah aku tempati. Aku bilang pada ayah dan ibuku, ada hal penting yang hendak aku sampaikan. Selain akan menyampaikan kepada mereka bahwa aku akan berangkat ke Amerika untuk bekerja. Ada hal penting yang aku ungkap pada mereka. Sebelum mulai berbicara, kami sepakat untuk saling mendengarkan dan menghargai apa yang akan aku ceritakan. Orangtuaku pun berjanji akan selalu memberikan dukungan dalam bentuk apapun.

 
Aku mulai cerita pada mereka, Bahwa beberapa bulan yang lalu aku dinyatakan terinfeksi Virus HIV oleh dokter. Aku juga menceritakan bahwa aku sempat jatuh sakit, namun sengaja tidak kuberitahukan karena aku khawatir mereka akan marah padaku. Tapi aku sampaikan pada mereka bahwa terinfeksi HIV bukan berarti akhir dari dunia, aku tidak akan langsung mati seperti yang ditakutkan banyak orang. Ada terapi Antiretroviral yang kini ku konsumsi 2x sehari, dan ku minum seumur hidupku. Aku juga menyampaikan pada mereka bahwa HIV tidak menular melalui kontak sosial, seperti ngobrol bersama seperti yang kami sedang lakukan, tidak menular melalui aktifitas seperti makan bersama, bertukar pakaian, berenang bersama. Bahwa aku pun juga masih bisa menikah, dan punya keturunan tanpa terinfeksi HIV dengan mengikuti program PPIA (Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke anak). Menjadi ODHA bukan lantas berakhir kematian. Aku juga meyakinkan keduaorangtua-ku bahwa, semuanya akan baik baik saja.
Selesai menuntaskan ceritaku, Mereka berdua langsung memelukku. Aku lihat ibuku mengusap air mata. Begitupun ayah, ayah yang selama ini terlihat sangat kuat dan tegar dihadapan keluarganya. Kami berpelukan begitu lama. Sampai aku merasakan energi besar yaitu kasih sayang masuk kedalam pori pori kulitku. Ayah dan Ibu bilang, pada pertemuan dengan dokter selanjutnya, mereka akan mendampingiku. Sekaligus menemaniku mempersiapkan diri untuk keberangkatan kerjaku ke Amerika. Aku tahu Tuhan Maha Baik. Aku tahu aku bisa menjalani semuanya.

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.