Hari Tubercolosis Sedunia 2014 : Mengetahui kembali Apa itu TB dan HIV?

author

Tuberkulosis atau  TB  singkatan dari  bacillus  berbentuk tuberkel. Merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umumnya Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, namun juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya.unduhan Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik (suatu penyakit ketika pasien tidak menyadari gejala apapun) dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal.

Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dgn bercak darah  sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, & berat badan turun. Dahulu TB disebut penyakit “konsumsi” karena orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan. Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif bergantung pada hasil radiologi  (biasanya melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh.

Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung pada tes tuberkulin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan dan memerlukan pemberian banyak macam antibiotik dalam jangka waktu lama. Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani tes penapisan dan diobati bila perlu. Resistensi antibiotik merupakan masalah yang bertambah besar pada infeksi tuberkulosis resisten multi-obat (TB MDR).

Untuk mencegah TB, semua orang harus menjalani tes penapisan penyakit tersebut dan mendapatkan vaksinasi basil Calmette–Guérin. Para ahli percaya bahwa sepertiga populasi dunia telah terinfeksi oleh M. tuberculosis, dan infeksi baru terjadi dengan kecepatan satu orang per satu detik. Pada tahun 2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis yang aktif di tingkat global. Pada tahun 2010, diperkirakan terjadi pertambahan kasus baru sebanyak 8.8 juta kasus, dan 1,5 juta kematian yang mayoritas terjadi di negara berkembang. Angka mutlak kasus Tuberkulosis mulai menurun semenjak tahun 2006, sementara kasus baru mulai menurun sejak tahun 2002.

Tuberkulosis tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Dari populasi di berbagai negara di Asia dan Afrika yang melakukan tes tuberkulin, 80%-nya menunjukkan hasil positif, sementara di Amerika Serikat, hanya 5–10% saja yang menunjukkan hasil positif. Masyarakat di dunia berkembang semakin banyak yang menderita Tuberkulosis karena kekebalan tubuh mereka yang lemah. Biasanya, mereka mengidap Tuberkulosis akibat terinfeksi virus HIV dan berkembang menjadi AIDS. Pada tahun 2014 Indonesia menjadi peringkat-4 dunia dengan pengidap TB terbanyak ke 4.

Perkembangan epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia termasuk yang tercepat di kawasan Asia. Meskipun secara Nasional angka prevalensinya masih termasuk rendah, diperkirakan pada tahun 2009 sekitar 0,2% pada orang dewasa. Dengan estimasi ini maka pada tahun 2009 di Indonesia diperkirakan terdapat 142.187 (97652 – 187.029) Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Penggunaan jarum suntik merupakan cara transmisi HIV yang terbanyak (53%) diikuti dengan transmisi heteroseksual (42%)

Salah satu masalah dalam epidemiologi HIV di Indonesia adalah variasi antar wilayah,  baik dalam hal jumlah kasus maupun faktor-faktor yang mempengaruhi. Epidemi HIV di Indonesia berada pada kondisi epidemi terkonsentrasi dengan potensi menjadi epidemi meluas pada beberapa Provinsi. Diperkirakan sepertiga dari 40 juta ODHA di seluruh dunia terinfeksi oleh Tuberkulosis (TB). Di Asia Tenggara sekitar 40-50% dari sekitar 6 juta orang ODHA dewasa memiliki kemungkinan terinfeksi TB.

Orang dengan HIV/AIDS mempunyai risiko menjadi sakit TB sebesar enam kali lebih besar dari pada mereka yang tanpa HIV. Tingkat kematian ODHA dengan TB mencapai 20% sedangkan pada TB tanpa HIV hanya 5%.  Di Indonesia, TB merupakan tantangan bagi pengendalian Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). karena merupakan infeksi oportunistik terbanyak (49%) pada ODHA. Sebaliknya diperkirakan sekitar 3% pasien TB  dengan status HIV positif.

Standing-Banner-TBDay-2014Pada tingkat Dunia, berbagai upaya pengendalian dilakukan untuk merespons dampak ko-infeksi TB-HIV bagi kedua program. World Health Organization bekerja sama dengan Stop TB Partnership telah mengembangkan pedoman. Pedoman untuk pelaksanaan kegiatan kolaborasi TB-HIV yang disusun berdasarkan tingkat prevalens HIV. Di banyak negara yang telah melaksanakan kegiatan perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP) HIV, kegiatan kolaborasi ini dimulai sebagai bagian dari upaya pengendalian TB dan upaya meningkatkan keberhasilan Program Pengendalian AIDS.

Di Indonesia, kegiatan kolaborasi TB-HIV mulai diujicobakan di Provinsi DKI Jakarta (2004), di Kabupaten Merauke Provinsi Papua dan di Kota Denpasar Provinsi Bali (2006) yang merupakan wilayah dengan epidemi HIV AIDS yang terkonsentrasi. Kegiatan ini dikembangkan ke 9 Provinsi lainnya (2008) dan pada tahun 2010 diperluas ke 12 Provinsi. Ke-12 Provinsi tersebut Yakni Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua. Sedangkan sosialisasi kegiatan kolaborasi TB-HIV kepada stakeholder telah dilakukan di 33 Provinsi. Pada tahun 2012 akan dilakukan inisiasi kegiatan pemberian Isoniazid Preventive Therapy (IPT) pada ODHA di 2 Provinsi diantaranya DKI Jakarta dan Jawa Barat di 4 fasilitas pelayanan kesehatan Yaitu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Persahabatan, Rumah Sakit Hasan Sadikin dan Rumah Sakit Marzuki Mahdi.

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.