Perencanaan kehamilan pada pasangan ODHA

author

Source Picture : listtoptens.com
Source Picture : listtoptens.com

Susi sudah 3 tahun hidup dengan HIV. Susi terinfeksi HIV karena dulu dia adalah pengguna narkoba suntik jenis putau. Susi kini sudah berkeluarga dan menikah dengan seorang pria yang juga hidup dengan HIV. Selama setahun pernikahannya, susi dan Bori tidak berani untuk memiliki keturunan. Mereka berpikir, anak mereka kelak juga akan terinfeksi HIV. Lantas mereka kemudian bingung, saat bertemu dengan beberapa teman pertemuan rutin bulanan di kelompok dukungan sebaya (KDS), kok bisa ya ada teman teman yang tetap hamil dan memiliki keturunan, padahal mereka sama seperti Susi, memiliki virus HIV dalam tubuhnya. Lalu kemudian teman teman merekomendasikan Susi dan Bori untuk berkonsultasi ke rumah sakit rujukan, bagaimana kiranya upaya perencanaan memiliki keturunan.

Beberapa hari kemudian, pasangan suami istri ini memutuskan untuk bertemu dengan dokter dan menanyakan lebih lanjut apakah pasangan HIV positif bisa memiliki keturunan yang bebas dari HIV. Dengan senang hati kemudian dokter yang biasa memberikan konseling, memberikan penjelasan secara lengkap kepada Susi dan Bori. Berdasarkan Surat Surat Edaran menteri kesehatan No GK/MENKES/001/1/2013 tentang Layanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak, 2 Januari 2013. Test HIV wajib “ditawarkan” pada semua ibu hamil di daerah epidemi meluas/terkonsentrasi. Tes HIV juga “diprioritaskan untuk ditawarkan” pada ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah epidemi rendah.

Saat ini juga Layanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak sudah mulai dipadukan pada layanan Kesehatan ibu dan anak serta layanan keluarga berencana. Prioritas lain dalam surat menkes adalah Setiap ibu hamil terinfeksi HIV wajib diberi ARV, Pilihan persalinan harus memperhatikan indikasi obstetric, Ibu HIV+ perlu dikonseling laktasi sejak perawatan antenatal pertama dan jika ibu pilih formula, dia, pasangan & keluarga perlu dikonseling.

Mendengar pernyataan dokter tersebut Susi dan Bori sumringah, serta semakin yakin dapat memulai program perencanaan kehamilan. Mengapa harus ada perencanaan? Karena jika ada perencanaan, ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi, bayi yang akan dikandung bisa tertular HIV. Diantaranya, Jika Viral load ibu yang HIV+ tinggi, maka akan berpeluang untuk memiliki bayi yang juga positif HIV. Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS) juga wajib dilakukan, karena jika ibu memiliki IMS, peluang untuk menularkan HIV dan penyakit lainnya bisa menularkan HIV. Viral Load yang tinggi tentunya bisa ditekan dengan mengkonsumsi ARV secara rutin dan konsisten.

Pemeriksaan Viral Load, CD4, Cek IMS, dan pemeriksaan tambahan (TORCH) sebaiknya dilakuakn sebelum perencanaan kehamilan, sehingga pasangan suami dan istri dapat berkonsultasi kepada dokter tentang situasi ideal, perencanaan kehamilan. Apakah hasil dari kesemua pemeriksaan darah tersebut sudah memenuhi angka persyaratan memiliki anak. Wah, Mendengar penjelasan dokter kedua pasangan ini semakin bersemangat untuk merencanakan kehamilan dengan menjaga kesehatan secara maksimal.

Apakah teman teman ODHA lainnya memiliki pengalaman untuk merencanakan kehamilan? Yuk sharing sama kita, mention kami di Twitter @ODHAberhakSehat, semoga cerita dari Susi dan Bori ini bermanfaat buat teman ODHA lainnya ya.

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.