Sahabat yang memberi kekuatan

author

Malam ini aku tidur tidak nyenyak. Bukan karena hujan deras yang mengguyur ibukota Jakarta belakangan ini. Bukan pula karena dingin yang menusuk malam. ini semua karena hasil test darah yang kuterima pagi tadi. Aku jadi susah makan, minum, berfikir pun menjadi terhenti. Aku sungguh tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya darahku beku, bibirku kelu dan aku tidak sanggup hidup,

hiv
sumber gambar : google.com

Dulu aku pernah menikah, 5 tahun silam. Pasanganku tewas dalam kecelakaan, dia bahkan tidak pernah terlihat sakit. Namun saya tidak pernah tahu latar belakangnya. apakah dia pernah berhubungan intim dengan perempuan lain selain aku? ataukah dia pernah punya riwayat menggunakan narkoba? aku sama sekali tidak pernah mempertanyakan kepadanya. kami menikah namun belum juga dikaruniai anak. Mungkin Tuhan pun punya rencana lain untuk kami.  Pasangan saya hanya dia, hanya satu kali menikah, dan hingga kini saya belum menemukan tambatan hati yang lain. Saya terlalu sibuk bekerja dan bekerja. Hingga beberapa bulan yang lalu saya jatuh sakit, dan pingsan di kantor. Pihak kantor melarikan saya ke unit gawat darurat terdekat dengan kantor kami.

Setelah beragam pemeriksaan, saya dinyatakan mengidap radang paru paru, atau atau saat itu dokter menyebutkan Pneumonia. Saya shock setengah mati, bagaimana saya dapat mengidap Pneumonia, sedangkan saya selalu menjalani pola hidup sehat. Walau memang, setahun belakangan ini saya selalu batuk, saat malam saya merasakan demam yang disertai menggigil bergetar. Kadang kadang saya juga merasa sulit bernapas, nyeri dada seperti menusuk saat bernafas. Saya pikir itu karena saya kelelahan. Lalu dokter memberikan saya terapi pengobatan. namun seiring berjalannya waktu, penyakit saya tidak kunjung sembuh, sehingga dokter bertanya tanya apakah saya tidak menjaga pola hidup sehat saya? tentu saja saya sangat menjaga pola hidup sehat. lalu saat kami berdiskusi, dokter melihat adanya jamur di lidah dan bagian langit langit di dalam mulut.

dengan sangat hati hati dokter menyarankan saya untuk melakukan pemeriksaan tambahan. Dia khawatir, kekebalan tubuh saya melemah, sehingga proses penyembuhan menjadi sangat lambat. Saya disarankan untuk melakukan pemeriksaan HIV. Saya kaget dan marah. kenapa saya harus periksa HIV, tanya saya. Saya tidak merasa melakukan hal hal yang menyimpang. Saya sedih dan tidak terima. padahal saya belum mendengar penjelasan dari sang dokter. Lalu dengan penuh kesabaran, dokter menjelaskan satu persatu tentang berbagai macam kemungkinan. Dokterpun memberi gambaran tentang kondisi kesehatan saya yang tidak kunjung membaik. Akhirnya saya menyetujui saran dokter.

Malam ini saya tidak bisa tidur. karena hasil pemeriksaannya adalah positif. saya terinfeksi HIV. Saya menangis seharian di dalam kamar, tidak pergi ke kantor dan mengajukan cuti sampai saya dapat kembali pulih. Dibalik sejuta pertanyaan dalam pikiran saya, kemudian saya menghubungi salah satu kerabat yang tahu banyak mengenai LSM HIV AIDS. Lalu saya diberi kontak salah seorang kawannya, yang katanya dapat membantu saya. Saya mengirmkan pesan singkat “tolong, saya baru terima hasil test HIV. Positif. apakah anda bisa membantu saya (NN)” tidak berselang lama, orang tersebut membalas pesan saya “Tentu bisa. Apa yang bisa saya bantu?”. Saya langsung membalasnya secepat kilat “Apakah bisa bertemu besok di Blok M, di Resto xx. Saya akan pakai jaket Hijau, berkacamata.” Tak lama saya kembali menerima jawaban. “Baik. Blok M, resto xx. Saya akan Menggunakan kaos putih, dan bandana merah. nama saya sari”. saya tutup percakapan kami dengan ucapan terima kasih.

***

Hari ini, sudah 3 tahun semenjak pertemuan saya dengan Sari. Saya disarankan untuk bertemu dengan dokter d rumah sakit yang memiliki rujukan untuk pengobatan HIV AIDS. Saya juga disarankan untuk memperbaiki pola pikir, pola hidup sehat serta membahagiakan diri. Sari dan saya rutin bertemu, saya memang tidak terbuka mengenai status HIV saya kepada teman sekantor, Saat sari menawarkan untuk bertemu dengan teman teman ODHA lainnya, saya juga enggan. Saya takut. Namun Sari tidak lelah mendampingi saya, dia adalah teman yang baik. Saya kemudian menjadi percaya diri, dan menjalankan proses pemulihan kesehatan dengan sangat maksimal. Setelah 3 tahun, saya kembali gemuk, jumlah CD4 saya meningkat pesat, Pneumonia saya dinyatakan sembuh, dan saya bisa menjalani aktifitas saya dengan normal, walaupun saya harus menjalani terapi ARV seumur hidup saya.

Hari ini, setelah 3 tahun lalu bertemu dengan Sari. Saya kembali duduk termangu dan bersedih. Saya memandangi nisan, dari sebuah gundukan tanah bernama Sari. Sahabat yang mendampingi saya, saat masa tersulit dalam hidup saya. Sari juga salah satu perempuan yang terinfeksi HIV. dia adalah aktifis yang gigih memperjuangkan hak hak ODHA, membantu banyak teman ODHA dalam proses pemulihan kesehatannya. Kepergian Sari tidak lantas membuat saya hancur dan putus asa. Saya berjanji pada Sari, bahwa saya akan menjaga kesehatan saya semaksimal mungkin. Saya tidak akan berhenti hidup sehat. Saya akan membahagiakan diri saya, sama seperti sari yang selalu memberi kebahagiaan kepada teman teman yang pernah ditolongnya.

Note. diceritakan kembali oleh team ODHA Berhak Sehat dari seorang kawan ODHA di Jakarta yang tidak ingin disebutkan namanya. terima kasih telah berbagi kepada kami.

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.