Cerita Inspiratif dari Pria yang Menikahi ODHA

author

Happy Couple Sitting On Couch
Happy Couple Sitting On Couch

Menurut informasi yang kami ketahui, ada cerita menarik yang ingin mas bagi, seputar hubungan mas dengan ODHA?

Ya benar sekali. Sebelumnya, ijinkan saya memperkenalkan diri. Saya Rio, 35 tahun. Saya wiraswasta. Saya menikah dengan perempuan HIV(+), atau ODHA. Sedangkan saya bukan ODHA, atau hasil pemeriksaan HIV saya negative.

Wah, menarik sekali ya. Memangnya mas ga ada masalah menikah dengan Perempuan yang terinfeksi HIV? Bisa diceritakan juga gak awal pertemuan dengan pasangan?

Bagi saya gak ada masalah sama sekali. Kan, sebelumnya juga saya interest sekali ya dengan isu HIV, saya banyak membaca dan mendengar bahwa meskipun seseorang terinfeksi HIV, dia tetap bisa sehat, bekerja, beraktifitas, bahkan menikah dengan yang bukan ODHA dan juga bisa memiliki keturunan. Jadi setelah tahu, saya pikir, ga ada masalah sama sekali.

Nah, saya dan istri kebetulan memiliki minat yang sama dan dipertemukan disana. Awalnya kami kerja bareng, dan saya tahu dia juga aktif menyuarakan persoalan HIV AIDS. Dari sana, saya tertarik untuk mengenal lebih dalam. Karena secara fisik, perempuan ini gak ada perbedaan dengan perempuan lain. Sama-sama smart, kemudian mudah bergaul dan tidak kelihatan seperti orang sakit, seperti yang digambatkan banyak orang tentang bagaimana ODHA. Lalu kami dekat, dan saya memberanikan diri untuk melakukan pendekatan. Eh ternyata gayung bersambut.

Jadi, pasangan mas, secara terbuka bercerita bahwa dia terinfeksi HIV, dan menerima ajakan mas untuk berhubungan secara lebih serius?

Ya kurang lebih begitu. Meskipun prosesnya gak sebentar, ya layaknya prang PDKT lah. Tapi dia gak serta merta langsung OKE pas saya melakukan pendekatan. Dia sempat memberikan saya banyak pertanyaan seputar HIV AIDS> Seperti tes penerimaan mahasiswa baru gitu lah. Hahahaha..

Pertanyaan seperti apa yang diajukan pasangan saat itu?

Ya dia tanya banyak. Seperti apakah saya yakin, saya mau menikah dengan perempuan yang terinfeksi HIV. Apakah saya siap, akan menerima banyak stigma dan diskriminasi dari lingkungan sekitar, bahkan keluarga. Apakah saya mau berkorban untuk dia, jika dalam perjalanan hubungan kita terjadi banyak problematika, khususnya yang diakibatkan oleh HIV?

Lalu apa jawaban mas? Dan bagaimana selanjutnya?

Saya sebenernya bingung mau jawab apa. Sempat deg-degan juga sih pas ditanya. Lalu saya juga tanya sama diri saya sendiri. Apakah benar, saya mau dan siap untuk serius sama dia. Saya sempat minta waktu dan minta untuk berkenalan lebih dekat, berteman lebih akrab dulu. Supaya saya lebih tahu, bagaimana sih dia dan kehidupannya.

Akhirnya kami pacaran. Dan dari sana saya akhirnya paham. Bahwa memang tidak mudah bagi seseorang yang hidup dengan HIV untuk terbuka. Apalagi stigma dan diskriminasi masyarakat sangat tinggi. Saya juga jadi tahu, kenapa dia bekerja sangat keras. Karena dia harus menabung untuk kesehatannya dia, ada pemeriksaan rutin yang harus dia lakukan yang harganya gak murah. Selain itu saya jadi malu sendiri, karena dia mau bangkit dari keterpurukannya, mau berusaha untuk hidup bagi dirinya, saat gak ada orang-orang yang mau bantu dia. Saya jadi makin yakin bahwa dia bisa menjadi pasangan saya. Lalu akhirnya kami menikah, setelah proses pendekatan yang cukup lama.

Wah, Selamat Ya! Senang sekali mendengarnya. Apa ada yang berubah setelah menikah dengan ODHA? Ada beda-nya gak sih misalnya nikah dengan perempuan HIV dan yang gak?

Karena saya baru sekali menikah jadi saya gak tahu ya rasanya menikah dengan yang bukan ODHA. Cuma setelah menikah ini, rasanya saya lebih punya rasa tanggungjawab yang tinggi akan diri saya sendiri khususnya. Karena saya memiliki seseorang yang dengan segala kekurangan dan kelebihannya bisa ngebantu saya melengkapi hidup saya. Saya jadi lebih care sama kesehatan saya, karena pasangan saya luar biasa care sama kesehatannya. Hidup kami jauh lebih baik, dan lebih tertata. I love being together with her.

Ada pengalaman seru gak dengan pasangan?

Karena dia HIV(+), jadi kami wajib berhubungan seks menggunakan kondom. Kata dokter, saya wajib pakai kondom agar tidak tertular HIV, serta jika saya memiliki penyakit yang bisa ditularkan melalui hubungan seks, akan lebih aman buat pasangan. Kondom juga bisa mencegah, kehamilan yang tidak diinginkan. Jadi yang seru adalah, saya suka stress kalau pas kondom habis. Hahahaha.. harus pergi ke supermarket dulu untuk beli.. kalau gak kita gak bakalan ML malam itu, karena saya komitmen untuk saling menjaga kesehatan bersama.

Apa ada rencana bersama dalam waktu dekat ini? Punya anak misalnya?

Tentu! Kita pengen banget punya momongan. Tapi masih nabung. Mungkin tahun depan akan mulai program, ada katanya PPIA ya Program pencegahan HIV dari Ibu ke anak. Katanya anaknya bisa negative, makanya saya semangat banget. Saya masih baca-baca dan mempelajari, kira-kira apa yang harus dipersiapkan.

Ada pesan khusus gak buat masyarakat Indonesia yang masih takut kalau ketemu ODHA?

Kalau saya sih pengennya masyarakat Indonesia lebih terbuka ya nerima ODHA di lingkungan. Baik itu lingkungan rumah, kerjaan ataupun sekolah. Karena ODHA tuh gak ada bedanya kok sama kita, bahkan kebanyakan dari mereka lebih keren dan punya pemikiran serta semangat yang lebih luar biasa dibandingkan kita yang sehat sehat aja. Jadi mindsetnya orang Indonesia harus diperbaiki, gak mudah mendiksriminasi orang lain hanya karena latar belakang kesehatan atau yang lainnya.

Makasih banget ya mas sudah berbagi sama OBS!

Sama-sama, terima kasih juga buat OBS yang kasih saya kesempatan untuk berbagi kepada masyarakat Indonesia.

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.