Efek Psikologis dari dampak d4t pada ODHA Perempuan

author

Meskipun sempat menggunakan d4T (Stavudine) selama 7 bulan lamanya, saya tidak mengalami perubahan langsung secara fisik. tapi lebih mengalami efek samping Kesemutan dan keram berat selama 7 bulan. Lalu Saya banyak membaca dan mencari infomasi, hingga saat melihat Panduan ARV kementrian kesehatan tahun 2010 tentang maksimal penggunaan ARV jenis d4T adalah 6 bulan. Saya memutuskan untuk segera mengkonsultasikan dengan petugas kesehatan dan sejak itu saya mengganti jenis ARV.

Namun sangat sedih dan memprihatinkan saat saya berkesempatan untuk ngobrol-ngobrol dengan beberapa teman perempuan di Jakarta dan Surabaya tentang pengalaman mereka yang pernah dan masih  menggunakan d4T. Sebelum mereka mulai bercerita, secara fisik saya sudah bisa melihat kejanggalan dan keanehan dari bentuk fisik mereka yang memang berubah.

Ini cerita dari salah satu teman perempuan di Surabaya..

dulu, pertama kali mulai terapi ARV pakai Duviral Neviral, selama 1 minggu. Lalu drop Karena Anemia, HB turun jadi 4. Lalu diganti dengan Hiviral, Stavudine dan neviral. Sempat bertahan selama kurang lebih 2,5  Tahun, lalu masuk tahun ke-3 mulai kena efek samping stavudine. Makan banyak tapi berat badan makin turun, makin turun. Pipi mulai kempot. Payudara membesar, pantat mulai tepos (menipis), dari bagian paha sampai kaki bawah dagingnya kayak kemakan terus lengan juga. Terus akhirnya.. karena waktu itu masih tinggal di Kalimantan kan Tenofovir belum ada. Dulu, Gue yang pertama ngeluh, bukan dokter yang nanya.. Karena kok makan banyak tapi berat badan turun terus pantat mulai tepos, terus pipi tirus dan kempot. Sekarang gue udah pakai Tenofovir. Kondisi tubuh jauh lebih baik, kayak kesemutan sudah berkurang. Tapi kondisi fisik ini bikin gue rendah diri..”

Bukan satu dua orang yang saya ajak ngobrol, tapi hampir dari mereka menyampaikan tentang beban psikologis yang mereka dapatkan dari masyarakat lebih besar karena efek d4T ketimbang karena masalah HIV-nya sendiri.

Cerita teman dari Jakarta..

aku kerja jadi SPG (Sales promotion girl) di salah satu mall di Jakarta. Setelah pakai stavudine selama 3 tahun, aku keliatan aneh banget. Sampai di panggil SPV (Supervisor) ku. Beliau tanya, aku sakit ya? Kok sekarang muka-nya pucat? Kempot? Apa perlu aku cuti? Sampai aku memutuskan untuk mengganti obat ini ke Tenofovir. Ternyata efek samping ini bersifat permanen. Untungnya aku punya atasan dan teman kerja yang baik dan ga usil. Jadi aku masih bisa tetap bekerja, mecari nafkah untuk hidup.. walaupun jujur aku sudah ga sepercaya diri dulu.

Antara marah, sedih dan kecewa mendengar cerita beberapa teman tersebut. Lalu saya menerawang bila saya tidak segera mencari informasi saat saya menggunakan d4T dulu. Mungkin kondisi saya tidak jauh berbeda dengan teman – teman yang mengalami efek samping tersebut. Apakah saya siap dengan respon masyarakat tentang kondisi fisik saya yang aneh karena efek samping tersebut. Apakah masyarakat tidak malah bertanya, ada apa dengan saya? Mengapa bentuk tubuh saya aneh? Apakah saya sakit? Sakit apakah saya? Belum lagi bila teman – teman ingin bergaul dan berteman, perasaan perasaan rendah diri akan semakin muncul.

Berdasarkan pengalaman, saya ingin memotivasi serta mendorong teman – teman ODHA perempuan pada khususnya yang masih menggunakan ARV jenis d4T, untuk segera mengkonsultasikan kondisi tersebut kepada petugas layanan di daerahnya. Segera meng-evaluasi bagaimana kondisi tubuh teman – teman dengan melakuakn pemeriksaan CD4 dan Viral Load jika dibutuhkan dan minta kepada petugas medis untuk segera mengganti ARV jenis d4T dengan ARV lain yang sesuai dengan kondisi tubuh kita, AZT (Zidovudine) atau TDF (Tenofovir).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kecantikan alami bukan datang dari segi Fisik. Nanmun saat teman – teman yang hidup tanpa HIV memiliki perubahan fisik yang datang tiba – tiba karena dampak dari efek samping obat, bagaimana perasaan teman – teman?

Mari kita melihat panduan ARV yang dikeluarkan kemenkes tahun 2011, sudah diatur dan tertulis jelas beberapa hal tentang d4T..

  • Pada pasien yang sejak awal menggunakan d4T dan tidak dijumpai efek samping dan/atau toksisitas maka direkomendasikan untuk diganti setelah 6 bulan.
  • Pada saat sekarang penggunaan stavudine (d4T) dianjurkan untuk dikurangi karena banyaknya efek samping. Secara nasional dilakukan penarikan secara bertahap (phasing out) dan mendatang tidak menyediakan lagi d4T setelah stok nasional habis.

Link: http://www.iac.or.id/panduan-kemenkes-untuk-arv-2011/#.T8xH-NX9Pjc

Semoga pemerintah bersama kementrian kesehatan dan seluruh Penyedia layanan Kesehatan, bisa mulai melakukan screening terhadap ODHA yang masih menggunakan d4T untuk segera diganti rejimen obatnya dan menarik disribusi d4T di Indonesia, segera!

 

Ayu Oktariani – @ayuma_morie

Also Read

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.