Interview dengan ODHA Berdaya – Seri 1

admin

T: Kapan anda tahu status HIV anda?

J: Saya tahu status 21 November 2002, ketika saya menjalani detoxifikasi. Detoxifikasi itu adalah menghilangkan racun dari dalam tubuh akibat ketergantungan narkotika. waktu itu cuman ditawarin “mau tes HIV ga?” saya jawab “Mau” jadi ga ada VCT. VCT itu tes HIV dengan konseling dan sifatnya sukarela. jadi waktu itu VCT tidak ada. Waktu itu, saya tes di Jakarta sendirian di RSCM. Hasilnya sampai 1 tahun disimpan orang tua dan tidak diberitahukan ke aku karena aku masuk rehab. jadi yang tahu hanya Ibu aku aja, bapakku ga tahu. Setelah selesai rehab, baru aku diberitahu statusku.

T: Apa perubahan terbesar dalam diri anda, baik positif maupun negatif sejak kamu terinfeksi HIV?

J: Semua dibatasin sama keluarga seperti jangan merokok, tidur ga boleh malem-malem jadi berbeda gitu. Di tempat rehab itu yang dibedakan. Meski aku belum tahu status, karena sering dibawa ke rumah sakit, aku udah curiga. Piring dan gelasku dikasih nama. Yang dikasih nama ini hanya punya aku aja. Setelah tahu status HIV dan pulang ke kotaku, aku coba dekatin teman-teman ‘makeku’ dulu. Aku coba kasih tahu tapi semuanya malah pergi ninggalin. dari yang tadinya 10 orang bareng-bareng nongkrong sampai akhirnya tinggal 1. semuanya pergi. tapi aku besok dateng lagi. Biarin aja sampe mereka bosen tapi memang salahnya pengetahuan aku tentang HIV sendiri masih minim jadi aku cuman bilang “eh jangan pake lagi dunk.. nanti positif HIV kayak aku.” jadi informasinya ga tahu.. Keluargaku lalu menyarankan untuk memberitahu status HIV aku ke keluarga besar karena banyak saudaraku juga pengguna narkotika.

Point positifnya bagi aku, aku lalu nyemplung ke KDS (kelompok dukungan sebaya) waktu itu, ada program kemudian membuka peluang kerja akhirnya aku aku kuliah sambil kerja dan malah berat ke kerjaannya karena ketemu sama teman-teman ODHA yang lain. Segi positif lainnya, yang pasti jangan menyia-nyiakan waktu dalam hidup. Waktu belum tahu status HIV kan “hidup untuk make narkotika dan make narkotika untuk hidup” sekarang jadi bisa lebih menikmati dan menghargai hidup.

T: Kamu kan masuk dalam kategori ODHA berdaya nih. apa yang menjadi motivasi hidupmu sekarang, apa yang sedang kamu kerjakan dan apa harapan kedepan?

J: Aku sekarang mencoba memposisikan aku ingin hidupku seperti aku belum tahu status. tapi tanpa narkotika. yang normal dan tidak melihat orang memandang aku dengan stigma. yah jadi apa adanya aja.. lebih mengalir. Sekarang aku bantu-bantu di temen-temen komunitas. kalo di KDS emang dari dulu selalu membantu. walaupun aku ditempat lain tapi aku tetap ngurusin dari jauh dan setiap aku pulang selalu nemuin temen-temen di KDSku dan nanya mau buat apa. Meskipun lingkupnya kecil namun harapannya bisa merubah peradigma teman-teman. Saat ini kan paradigmanya orang kan dateng ke kelompok itu untuk dapet kerja atau dapet penghasilan. aku merasa konsep yang aku buat di wilayahku itu bekerja. dulu yang akses obat harus 2 jam ke rumah sakit sekarang ada di kota aku. Akhirnya kematian akibat HIV dan AIDS di kotaku sampai 0%. 90% temen-temen karena sehat sekarang bekerja. Jadi kita bisa sama seperti manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri.

Harapan saya utamanya terkait dengan ARV. Kemarin ini saya ngambil ARV di rumah sakit tapi kosong. Apalagi aku sekarang mengkonsumsi ARV Lini ke dua. Harapannya ARV Lini ke dua ini bisa diproduksi di Indonesia. dan jenisnya pun dibuat beragam sehingga kayak aku yang mengalami efek samping ARV tidak mempunyai pilihan obat lain yang tersedia di Indonesia. Efek samping ini udah aku rasakan 3 tahun lho ya.. Alhamdulilah sekarang CD4 saya sudah 500.

Buat ODHA-ODHA di luar sana, menjalani kehidupan itu apa adanya ajalah. Jangan selalu mengkait-kaitkan sakit itu selalu dengan HIV-nya. Kadang aku sering lihat temen–temen di daerah itu mudah panik. Kadang miris juga informasi yang di dapet dari dokter tidak detail. Jadi janganlah pusing memikirkan itu. Layanan juga sebaiknya dikembangkan di daerah-daerah. masih banyak orang di Jawa saja mengakses layanan ini harus berjam-jam ke ibukota propinsinya dan kualitas layanan juga diperbaiki.

Also Read

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.