Interview dengan ODHA – Seri 2

admin

T: Apa yang membuat angka kasus HIV di Indonesia itu terus naik?

J: Kita belum bisa bilang ya kalau kasus HIV itu semakin naik karena memang kita belum sampai pada tingkat dimana secara maksimal bisa mengetahu seberapa banyak orang yang terinfeksi HIV di Indonesia. Ini yang sering dikatakan dengan fenomena gunung es. Jadi bisa saja mereka terinfeksinya sudah lama namun baru ketahuan sekarang ini. Ini dikarenakan juga karena alat tes HIV kita belum bisa mengetahui dengan tepat kapan sebenarnya orang itu terinfeksi. Jadi semuanya biasanya dikaitkan dengan asumsi terkait dengan penggalian kegiatan beresiko yang telah dilakukan orang tersebut. Memang, angka kumulatifnya akan naik terus sampai di tahap yang kalo para ahli bilang itu ada di tahapan Mature setelah itu nanti bergantung pada respon kita apakah kemudian angka ini akan tetap stabil terus atau nantinya terus menarik atau kemudian menurun. variabel mengenai tingkat epidemi expanding menuju mature ini sangat teknis sekali ya dan silahkan jika sempat bisa membaca di laporan Komisi AIDS di Asia yang berjudul “Redefining AIDS in Asia: Crafting an Effective Response” tahun 2008.

T: Lalu, bagaimana sebenarnya respon pemerintah Indonesia selama ini terkait dengan epidemi AIDS?

J: Dari perpsektif saya, respon pemerintah terkait dengan epidemi AIDS ini dan juga terkait dengan kesehatan secara umum sifatnya masih sangat parsial. Yang dipahami kerap kali adalah AIDS ini murni masalah kesehatan sehingga kemudian responnya pun dianggap cukup dengan menyediakan dokter, obat dan material pencegahan. Sebenarnya, masalah AIDS ini cukup kompleks ya.. karena ada beragam dimensi yang terkait di dalamnya. Contohnya kemiskinan. bila kita telusuri, mereka yang terinfeksi HIV ini rata-rata berasal dari kelompok miskin dimana kelompok ini biasanya identik dengan kurangnya kesempatan mengkases informasi dan pendidikan. Meski sekarang tidak bisa kita sangkal lagi jika HIV ini sudah merasuk ke semua kalangan namun harus disadari bahwa mereka yang lebih kaya punya kemampuan lebih untuk melindungi dirinya dari infeksi HIV.

Contoh lain lagi: kebijakan di tempat kerja. Stigma dan diskriminasi terhadap HIV di tempat kerja itu merupakan salah satu penghalang keberhasilan program AIDS. Selama orang terinfeksi HIV masih dikeluarkan dari tempat kerjanya: baik secara kebijakan maupun insidental, maka orang akan takut untuk memeriksakan dirinya dan tes HIV. karena takut jika nanti hasilnya positif HIV maka dia akan dipecat.

Contoh lainnya lagi terkait dengan UU Narkotika yang masih represif sekali terhadap pengguna narkotika. Pengguna narkotika yang seharusnya diberikan ruang perawatan untuk memulihkan dirinya malah dipenjara. Di dalam penjara, karena memang masalah ketergantungannya ini tidak diselesaikan, dia akan tetap memakai narkotika. hal ini sangat berpotensi terhadap penularan HIV sebab sudah jamak kita ketahui jika di dalam penjara pun narkotika masih mudah didapatkan. Hal-hal ini yang luput menjadi perhatian dari program pemerintah.

J: Apa saran kamu untuk perbaikan program pemerintah dalam mengatasi epidemi AIDS:

J: saya pikir pemerintah harus mulai membuka kacamata kudanya ya.. cobalah melihat persoalan AIDS ini secara lebih jelas serta melihat sisi keterkaitan dari hal-hal semacam tadi yang menjadi penyebab dan akibat dari epidemi ini. WHO sudah pernah mengeluarkan rekomendasi mengenai pentingnya mengintervensi hal-hal semacam itu sehingga program kesehatan kita bisa berjalan lebih sustainable dan efektif. Kita kenal ini dengan nama Social Determinants of Health. Memang, investasi untuk ini lebih besar dibanding pendekatan an sich kesehatan yang dilakukan pemerintah selama ini guna menangani persoalan AIDS tapi saya yakin ini berharga untuk dilakukan guna menyelamatkan rakyat indonesia bukan hanya dari epidemi AIDS namun juga dari persoalan kesehatan lain. Ini adalah salah bentuk investasi yang akan berimpact pada banyak persoalan sosial lainnya dan bukan hanya kesehatan semata. Tapi kembali lagi, apakah pemerintah mau melihat ini sebagai sebuah solusi atau sudah terlanjur keenakan menjalankan program seperti selama ini yang mirip kerjanya seperti dengan pemadam kebakaran.

T: Terima kasih ya atas wawancaranya, lain kali kita sambung lagi..

J: Sama-sama..

Sumber gambar: website www.phmovement.org

Also Read

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.