Pengalaman Tertusuk Jarum HIV

author

Pada tahun 2006, saya pernah mengalami suatu kejadian yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, yaitu tertusuk jarum bekas pakai pasien HIV. Ketika kejadian tersebut saya sedang menjalankan tugas sebagai tenaga medis dalam rangka pemeriksaan ulang.

Kejadian bermula ketika selesai melakukan pengambilan darah dan saat akan menutup jarum tiba – tiba jarum tersebut menusuk jari telunjuk sampai mengeluarkan darah yang cukup banyak dan saya pun langsung panik karena khawatir akan tertular virus HIV, saat itu dalam hati saya berdoa bahkan sambil menangis dan tertunduk lemas.

Ya Allah saya sedang menjalankan tugas untuk membantu sesama hamba-Mu, jangan kau berikan cobaan yang berat dengan memberikan virus ini dalam tubuh saya, karena saya tidak sanggup ya Allah. Kabulkanlah doa saya. Amin.

Setelah terdiam beberapa saat untuk menenangkan diri dan menangis, saya putuskan untuk menghubungi Rumah Sakit Hasan Sadikin melalui telpon, saya sampaikan apa yang terjadi dengan saya. Dokter RSHS menyarankan saya untuk mengkonsumsi ARV sebagai provilaksis. Keesokan harinya sebelum 24 jam pasca pajanan saya mendapatkan ARV dengan jenis duviral. Saat itu saya bingung apa yang harus saya katakan pada suami saya. Karena saya khawatir terinfeksi virus HIV. Mengawali minum ARV secara diam – diam tanpa sepengetahuan suami menjadi beban psikologis yang cukup berat karena berbagai kekhawatiran yang saya alami.

Hari pertama minum ARV reaksinya biasa saja hanya sedikit mual, tapi di hari kedua dan selanjutnya. Reaksinya luar biasa, saya mengalami reaksi yang cukup berat serasa mau pingsan, badan lemas dan mual – mual serta muntah. Keadaan tersebut membuat saya semakin tersiksa karena tak bisa berbagi kegelisahan kepada suami. Saya jalani hari hari dengan keadaan fisik yang lemas.

Satu bulan setelah minum ARV saya test HIV, itu adalah masa masa yang menegangkan karena saya khawatir sudah terinfeksi virus tersebut. Setiap hari saya menangis dan meratapi apa yang terjadi dengan saya. Hasil test pertama alhamdulilah negatif (non reaktif) sayabisa sedikit lega, namun kegelisahan belum selesai karena saya harus test yang kedua dan ketiga. Saya selalu berfikir kalau saya positif bagaimana dengan suami saya? Kita sama – sama tidak berdosa. Test kedua dan ketiga pun saya jalani setelah 3 bulan dan 6 bulan dengan hati berdebar dan rasa gelisah serta khawatir, saya berusaha ikhlas menerima apapun hasilnya.

Berkat dukungan konselor dan dokter di RSHS saya berusaha tabah dan ikhlas untuk membuka hasil test HIV. Dengan bercucuran air mata karena gelisah, aya didampingi konselor untuk membuka hasil test, dan alhamdulilah dari setiap hasil test yang saya jalani semuanya menunjukan hasil negatif. Alhamdulilah saya ambil hikmah dari kejadian tersebut yaitu sebagai konselor saya bisa merasakan sekali kegelisahan klien klien saya.

Satu hal yang selalu saya tanamkan dalam hati, “Saya bukan ODHA tapi saya peduli dengan mereka. Karena ODHA pun punya hak yang sama. Dan ODHA pun tidak pernah menginginkan dirinya menjadi ODHA.”

Tersenyumlah.. dan dunia pun akan tersenyum padamu..

Oleh : Anonimus (Petugas Medis) di Sayembara menulis Musda HIV AIDS Jabar

*Pic : by Google

Also Read

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.