Sepercik Kisah Manis HIV saat Bertemu Teman Lama

author

Beberapa hari yang lalu, saya kembali bertemu dengan perempuan mungil ini. saya biasa panggil dia dengan nama Dina. usianya tidak jauh berbeda dengan saya, 27 tahun. saya kenal dia sekitar tahun 2010 saat pertama kali aktif sebagai salah satu volunteer di Rumah sakit pemerintah di daerah Jakarta Selatan. pertemuan saya dengan Dina kembali mengingatkan saya tentang betapa pentingnya kesehatan dan betapa pentingnya ada seseorang yang menemani kita saat dalam keadaan apapun.

Dina hidup dengan HIV. kondisinya sangat baik. saat bertemu dengannya tahun 2010, kondisi mentalnya sangat labil. suaminya, dirinya dan 1 orang putrinya dinyatakan HIV positif oleh dokter. Suaminya dulu adalah mantan pengguna jarum suntik. saat ditemui hari itu saya sedang bertugas untuk mendampingi teman teman dan memberikan mereka motivasi serta dukungan, support dan informasi. Suaminya tidak banyak bicara, lebih banyak diam. Putri kecilnya yang saat itu baru berusia 3 bulan, tidak terlalu bagus kondisinya, gizi buruk dan terkena infeksi tubercolosis. Seingat saya, tidak lama perjumpaan kami, Dina dan keluarga mengikuti serangkaian test dan pemeriksaan. mulai dari pemeriksaan CD4 (jumlah kekebalan tubuh) hingga tes tes lainnya yang tidak murah harganya. beruntung dina memiliki SKTM (Surat Keterangan tidak mampu) sehingga dia tidak perlu membayar mahal, karena juga mendapat bantuan dari teman dan beberapa lembaga.

pertemuan kami intens setiap bulan dan saya melihat banyak perubahan ke arah yang lebih baik dari segi kesehatan dan menyal Dina sendiri. Suami Dina tidak banyak mengalami perubahan. kondisi mentalnya makin drop, dan lebih banyak diam. Sang suami bekerja sebagai tukang ojek. dan dengan kondisi yang naik turun, sangat tidak memungkinkan suaminya terus bekerja sebagai tukang ojek. lalu kemudian menganggur.

Saya yang tidak lagi aktif di Rumah sakit mendengar kabar dari teman yang melanjutkan proses pendampingan pada Dina tentang dirinya. Putrinya seringkali jatuh sakit, kondisinya tidak menentu karena kurangnya asupan makanan bergizi yang diberikan dirumah. sang putri yang saat itu sudah terapi ARV, seringkali dirawat di rumah sakit. lagi lagi SKTM lah yang menolong keluarga mereka sehingga masih bisa melanjutkan pengobatan.

beberapa hari yang lalu, saya kembali bertemu dengan Dina. tragis dan terharu. saat saya bertemu dengannya, Dina sedang hamil 6 bulan. suaminya, sang tukang ojek yang sangat pendiam itu sudah meninggal entah sejak kapan (saya lupa bertanya).  Dina, dan 2 orang Putrinya tinggal dengan orangtua dan kembali melanjutkan kehidupan.  beberapa saat sebelum suaminya meninggal, dia bercerita tidak ada satupun orang yang menolong.  kakanya yang tinggal beberapa rumah dekat dengan kontrakannya, acuh. Dina kemudian ditolong oleh beberapa teman dari sebuah kelompok dukungan. 3 orang perempuan dengan taksi, menjemput Dina dan Sang suami, dan kemudian membopongnya dan membawanya ke RSCM. tidak lama kondisi sang suami memburuk dan kemudian meninggal karena toksoplasma yang makin kronis.

saat bercerita, dina lebih tenang daripada saat dulu dia tahu status HIV-nya. saya memaklumi keletihannya menghadapi berbagai macam cobaan hidup. mulai dari merawat 2 orang anak yang salahsatunya hidup dengan HIV dan merawat suami. Kini sakit yang dirasakan sang suami telah hilang. sang suami sudah berpulang kembali dan tenang di alam sana. Dina pun saat saya temui terlihat lebih bahagia dan ceria, karena dina telah menikah lagi. Seorang pria yang tidak hidup dengan HIV, kini menjaga-nya dan anak anaknya. dan Dina kini sedang menikmati masa kehamilannya. dina mengikuti program pencegahan HIV dari orangtua ke anak. dia juga mengakses layanan kesehatan menggunakan kartu Jakarta Sehat yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI Jakarta, joko Widodo.

sambil mengelus perutnya dia bilang pada saya. “Sekarang anak saya jauh lebih sehat mbak. sudah gemukan dia, jarang masuk rumah sakit lagi. sukurnya sekarang ada suami, dia bekerja dengan baik dan nafkahin keluarga. saya seneng juga karena mau punya bayi lagi, saya berharap anak saya ini negatif. Viral load saya undetect mbak, CD4 saya juga tinggi. saya minum ARV-nya rajin. saya inget dulu mah takut banget sama HIV. tapi saya sekarang percaya, kalau saya sabar dan percaya, Tuhan pasti tolong saya dan keluarga.”

dalam hati kecil saya, pengobatan untuk orang dengan HIV tidaklah cukup. dibutuhkan lebih dari itu, dukungan dan motivasi besar dari orang terdekat dan masyarakat. Saya kemudian menuliskan artikel ini, untuk mengingatkan diri saya tentang betapa pentingnya menjaga kesehatan dan menyayangi orang orang diseitar saya, seperti orangtua, anak, saudara serta pasangan.. kekuatan dan dukungan yang mereka berikan lebih daripada doa.. 🙂

terima kasih untuk ngobrolnya Dina, semoga kamu selalu sehat dan bahagia..

Also Read

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.