Belajar Mencintai Tanpa Batas, dari Pasangan ODHA :)

author

C360_2014-11-09-22-16-45-256Dalam halaman ini, mimin mengajak #sahabat OBS untuk belajar mencintai tanpa batas. Yuk berkenalan dengan 2 orang sahabat kami. Suami istri yang keduanya hidup dengan HIV yang bermukim di wilayah Depok, Jawa Barat. Kepada tim ODHA Berhak Sehat, keduanya bercerita mengenai perjalanan cinta mereka, serta perjuangan dibalik kehidupan dengan virus HIV dalam tubuh.

Mereka Adalah Hagest dan Suaminya samsu Budiman (om buds). Mereka berdua sama2 di vonis terinfeksi HIV sejak tahun 2006. Wah sudah lama sekali ya, hampir 8 tahun mereka berjuang hidup dengan HIV yang ada di dalam tubuh mereka. Hages, sang istri bercerita bahwa dirinya terinfeksi HIV dari almarhum suami nya yg pertama yakni mantan pecandu narkoba suntik. Sedangkan Om Buds sang suami, mengaku terinfeksi HIV karena semasa muda dulu dia adalah pengguna narkotika suntik jenis putaw dan menggunakan jarum suntik yang tidak steril.

Namun dibalik duka saat tahu bahwa masing masing memiliki virus HIV dalam tubuhnya, ada cerita dibalik mengenai putra putri mereka yang terdahulu. Yup, sebelum akhirnya menikah, hagest dan Om Buds sudah pernah menikah dan memiliki anak dari pernikahan mereka yang pertama.

Saat mengetahui suaminya terinfeksi HIV, Hages Mengaku, sudah siap dan pasrah, hages menyadari betul bahwa kemungkinan dirinya tidak terinfeksi itu sangat kecil sekali. Tapi Tuhan Maha adil, ternyata doa, harapan, usaha dan rasa penasarannya terjawab saat tahu bahwa putra pertamanya tidak tertular HIV, yup putra Hagest negatif dari Virus HIV. Dan sejak saat itu Hagest memutuskan untuk tetap bertahan hidup demi anak dan ibu nya yang selalu memberikan dukungan yang sangat luar biasa.

Lain dengan Hagest. Om Buds yang saat mengetahui memiliki HIV, dia berfikir bahwa sebentar lagi dirinya akan mati. Ditambah lagi efek samping di awal terapi Anti Retroviral khususnya gatal gatal pada kulit, sangat menganggu. Namun walaupun begitu, ada hal yang menguatkan dirinya, saat mengetahui Istri pertamanya tidak tertular HIV dari dirinya, sehingga putrinya yang kini sudah beranjak remaja juga otomatis tidak terinfeksi HIV. Meskipun kini putri serta mantan istrinya sudah tidak bersamanya lagi, komunikasi yang terjalin sangatlah baik, tali silaturahmi tetap terjaga.

Sama seperti Om Buds. Saat tersulit yang dihadapi seorang Hagest saat terinfeksi HIV adalah ketika beradaptasi dengan ARV, karena sangat mempengaruhi fisik dan mental (psikis) nya. Itu kenapa seorang yang hidup dengan HIV membutuhkan dukungan dari keluarga dan masyarakat. Namun, Hagest juga pernah menghadapi persoalan stigma dan diskriminasi beberapa tahun silam, Di dalam keluarga hagest sempat dipisahkan alat2 makan dan peralatan yg lain. Keluarga yang saat itu belum memahami informasi, akhirnya mendapatkan penjelasan dari Hagest, dengan cara membaca buku informasi yang dimilikinya. Alhamdulillah setelah mereka membacanya tidak ada lagi diskriminasi yang diterimanya sampai saat ini.

Om Buds juga bercerita bahwa dia sangat menjaga jangan sampai masyarakat disekitar dan pergaulan sosial nya mengetahuinya status HIVnya, karena dirinya sangat menjaga nama baik keluarga besar yang notabene sesepuh dan tokoh masyarakat. Hingga di tahun ini Om Buds dan hagest, memutuskan untuk membuka status HIV kepada masyarakat. Dan ternyata tanggapan dari masyarakat & lingkungan pergaulannya sangat baik, mereka menanggapinya dengan bijak & memberikan support dan semangat dengan banyak bertanya dengan detil tentang HIV/AIDS.

Dibalik perjuangan keduanya menghadapi kehidupan, Tuhan akhirnya mempertemukan Hagest dan Om Buds. Saat ditanya kepada keduanya apa yang membuat mereka jatuh cinta mereka punya jawaban yang berbeda.

Pada kami Hagest bercerita “Yang membuat saya jatuh cinta pada suami saya adalah ketika saya melihat perjuangan cintanya kepada saya, meskipun sudah beberapa kali dulu dia saya kecewakan. Dan saya melihat ketulusan dan tanggungjawab itu ada di dalam dirinya untuk putra saya, karena jujur saja saya mencari sosok ayah untuk anak saya, bukan suami untuk saya, karna bagi saya jika dia bisa menjadi ayah yg baik untuk anak saya maka otomatis dia juga bisa menjadi suami yang baik untuk saya, tapi jika dia hanya bisa menjadi seorang suami yg baik untuk saya belum tentu dia bisa menjadi sosok ayah yg baik untuk putra saya. Dan bagi saya itu percuma… Perjuangan saya hidup untuk putra saya akan sia2 belaka, karna saya tidak bisa membahagiakan putra saya… Selain itu ternyata kita mempunyai visi dan misi yg sama dalam membina sebuah rumah tangga”.

Om Buds bilang “Banyak cita-cita dalam berumah tangga yang belum terlaksana dalam hidup, persamaan status kesehatan dan belajar dari kegagalan rumah tangga yang terdahulu, sekarang ingin membangun rumah tangga yang sakinah, mawadah & warrahma serta ingin menambah lagi keturunan”.

C360_2014-11-09-22-28-52-254Yang membuat mimin bahagia plus bangga, setelah menikah keduanya langsung berkonsultasi dengan dokter untuk mengikuti program PPIA (Pencegahan HIV dari Ibu ke anak), walaupun ada serangkaian pemeriksaan kesehatan dan proses yang tidak mudah, mereka berjuang keras, sampai akhirnya kini mereka memiliki seorang putri cantik yang lahir dan hidup tanpa virus HIV dalam tubuhnya. Wahhh, senangnya! Bisa jadi contoh nih buat teman ODHA yang lain, bahwa walaupun hidup dengan HIV, kini ODHA juga bisa memiliki keturunan yang sehat Lho!

Disamping itu semua, Mimin juga melihat bahwa Perbedaan yang dimiliki Om Buds dan hagest justru dijadikan kekuatan untuk mereka berdua. Justru karena mereka sama sama ODHA, mereka merasa bisa saling mengingatkan. Khususnya hal sederhana seperti saling mengingatkan minum ARV, saling mengingatkan Ingetin jangan terlalu lelah dalam bekerja maupun beraktifitas. Uhhh romantiss yaaa..

Mereka berdua juga mengaku Jarang bertengkar. Kalaupun bertengkar biasanya hanya karena saling selisih pendapat, biasanya mengenai pekerjaan, namun mereka akan segera mencari solusi untuk memecahkan persoalan itu. Mereka berdua biasa berdiskusi dan sling mendengarkan satu sama lain, sehingga saat persolan timbul, tidak sulit untuk menyelesaikannya. Bahkan mereka berdua punya cara saling meminta maaf yang sangat manis, yakni berpelukan erat dan berciuman mesra kembali. Biasanya langsung dapat mencairkan suasana hati.

Pasangan yang sejak pacaran sama -sama suka lagu dari grup The Dream Theater yg berjudul “Spirit Carries On” ini berpesan kepada teman ODHA lainnya. Bahwa walaupun hidup dengan HIV, Jangan pernah takut untuk bermimpi, dan mewujudkannya. Hagest juga berpesan tidak ada yang mustahil selama kita percaya dengan kekuatan doa kita kepada Tuhan. Hagest mencontohkan untuk tetap bertahan hidup kita harus memiliki alasan untuk kuat, karna itu adalah awal sebuah semangat kebangkitan diri kita, dan jangan pernah mendiskriminasi diri sendiri, karna itulah yg membuat kita semakin terpuruk dan cepat mati. Hagest dan Om Buds juga berpesan kepada sahabat OBS yang hidup dengan HIV untuk selalu Jaga Sehat dengan ARV dan tetap Semangat.

Menutup obrolan dengan Pasangan romantis ini, Om Buds juga berpesan bahwa Kita semua adalah mahluk tuhan yang membedakan kita hanya virus didalam tubuh ini. Om Buds berpesan, ”Jauhi virusnya bukan orangnya”. Orangnya sih cium dan peluk aja kalau sayang. Hihihi.. berpelukaaannn.. terima kasih ya untuk hagest dan Om Buds yang sudah menyempatkan untuk menjawab pertanyaan pertanyaan dari ODHA Berhak Sehat, semoga menjadi inspirasi bagi teman ODHA yang lain dan juga masyarakat.

 

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.