Situasi Hepatitis C dan Peran Komunitas

author

Situasi Hepatitis di Indonesia
Indonesia termasuk kedalam salah satu peringkat tertinggi virus hepatitis di wilayah Asia Tenggara, dengan sekitar 28 juta orang yang hidup dengan virus hepatitis B (HBV) dan/atau HCV, dan hanya 1 dari 5 menyadari bahwa mereka terinfeksi. Pada tahun 2007, direktorat pengendalian penyakit kementerian kesehatan yang melaporkan bahwa lebih dari 2 persen populasi indonesia, atau 6-7 juta orang di 21 provinsi, itu terinfeksi dengan HCV, kebanyakan dari mereka laki-laki 20-40 tahun.

1620741_780201135340871_1125258610_n

28 Juta orang dengan virus hepatitis di seluruh negeri, 50% bisa berpotensi berkembang menjadi penyakit hati kronis, 30% untuk fibrosis hati, dan 5% untuk gagal hati atau kanker. Penyakit hati, termasuk hepatitis, yang sekarang menjadi penyebab kematian utama kedua di antara populasi umum di indonesia. “Di Indonesia, prevalensi HCV di antara penasun mencapai 77%, dengan tingkat koinfeksi dengan HIV berkisar antara 60% sampai 90%”. Edo nasution dari Persaudaraan korban Napza Indonesia (PKNI), yang fokus kerja pada kelompok pengguna Napza di Indonesia, kali ini akan Sharing tentang situasi Hepatitis di Indonesia.

Pada Jum’at 7 Maret 2014 lalu, telah dilaksanakan webinar Series oleh Indonesia AIDS Coalition bersama dengan Persaudaraan Korban Napza Indonesia. Pada Webinar Series kali ini, Edo Nasution menjelaskan mengenai Situasi Hepatitis C di Indonesia dari sudut pandang komunitas Pengguna napza. Berikut kami #ODHABerhakSehat bagi kembali kepada teman teman sekalian.

Untuk Respon nasional pencegahan, pengobatan dan manajemen Hepatitis C di antara penasun, Belum diupayakan secara responsive dan terfragmentasi. Dan di Indonesia juga tidak melakukan surveilans nasional secara rutin. Juga tidak ada pedoman klinis nasional untuk diagnosis, pengobatan dan perawatan untuk HCV. Departemen Kesehatan pertama kali didirikan sebuah program nasional yang berfokus pada hepatitis virus pada tahun 2011, di bawah Sub Direktorat Infeksi gastrointestinal dan Penyakit diare.

Berikut Tabel Harga, Biaya Diagnosis dan Pengobatan Hepatitis C (HCV) di Indonesia

hepc

Advokasi dan peran Komunitas

  1. Sejak 2011, PKNI telah melakukan upaya bersama dengan pengguna Napza, pembuat kebijakan, pelaksana layanan HR utk    meningkatkan kesadaran ttg Hep C and memastikan bahwa komunitas terlibat bermakna dalam respon nasional. Misalnya :
  2. Pelatihan untuk pelatih sebaya di 11 propinsi
  3. Pelatihan untuk pelaksana layanan HR di 9 propinsi
  4. Kolaborasi dgn PPHI dan Kemenkes utk melakukan kampanye Hep C
  5. Study mengenai hambatan thd tes, diagnosa dan treatment utk Hep C di 5 negara.
  6. Policy brief mengenai Hep C
  7. Upaya advokasi agar akses pengobatan Hep C terjangkau
  8. Bersama IAC terlibat dalam komunitas task force

Apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah RI untuk meningkatkan respon pencegahan, perawatan dan dukungan terhadap Hepatitis C bagi penasun di Indonesia?

  1. Aktif bernegosiasi kepada perusahaan farmasi untuk penurunan harga pengobatan antivirus, yang terdiri dari Pegylated Interferon dan ribavirin.
  2. Sertakan tes Rutin antibodi HCV dalam surveilans nasional, terutama di kalangan populasi yang terpengaruh seperti penasun dan ODHA.
  3. Mengembangkan pedoman nasional untuk pencegahan, perawatan dan pengobatan HCV, dengan fokus khusus pada penasun yang berdasar pada pedoman internasional yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) dan konsensus nasional untuk pengobatan infeksi hepatitis c yang dikembangkan oleh perhimpunan peneliti hati indonesia.
  4. Masukan pegylated interferon dan ribavirin dalam daftar obat esensial nasional 2014.
  5. Memasukan penapisan HCV dan tes diagnostik sebagai bagian dari pengurangan dampak buruk napza (harm reduction) di pusat – pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Secara khusus pengujian genotipe HCV-RNA dapat disertakan dan diakses di layanan tes HIV yang telah tersedia.
  6. Meningkatkan cakupan program pengurangan dampak buruk (harm reduction) yang berbasis bukti, termasuk di dalamnya kesadaran dan monitoring penerimaan dan ketersediaan jarum suntik yang memiliki ruang mati yang kecil (low dead-space) bagi penasun.
  7. Implementasi UU narkotika No.35/2009 terkait pengalihan pengguna napza ke rehabilitasi dan bukan pemenjaraan.
  8. Mendorong manajemen rumah sakit untuk mematuhi konsensus nasional yang merekomendasikan pengoatan pegylated interferon alfa 2a dan 2b dengan ribavirin untuk pengoatan hepatitis C kronis.
  9. Memastikan “pelibatan bermakna” dari penasun dalam semua tahapan program dan pembuatan kebijakan dimulai perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

Bagi teman teman yang ingin mengikuti Webbinar Series dengan Indonesia AIDS Coalition, pantau terus Timeline @koalisiaids dan tentunya akan di Post kembali oleh kami di @odhaberhaksehat dan untuk tau lebih dalam tentang apa sih itu webbinar? Silahkan download tutorialnya di link https://app.box.com/s/i50dok6gjtdcziffbh5i

Dan untuk Presentasi Webbinar series Session “Situasi Hepatitis C dan Peran Komunitas” bisa di download di link https://app.box.com/s/gs8637tdcsm0ngientt6

Nah, Untuk Tahu Persaudaraan korban Napza Indonesia lebih dalam: Follow twitter mereka di @PKNI_org // Website di http://www.pkni.org/

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.