Cerita Pasien HIV Periksa Gigi di Klinik Ramah ODHA

author

8402Gentle-Dental“Duh, kok rasanya Gigi-ku makin gak karuan rasanya. Gampang banget berdarah, terus gak kuat makan makanan yang terlalu panas atau dingin. Tapi mau ke dokter gigi mana yang mau nerima pasien HIV?” keluh Ayu.

Sudah sepuluh tahun kebelakang, Ayu mengeluhkan gigi-nya yang super sensitive dan gusi-nya yang sering berdarah. Makan-makanan yang terlalu panas atau dingin pasti rasanya ngilu, kalau sikat gigi, pasti berdarah-darah. Lho, kenapa Ayu gak ke dokter gigi? Disitulah letak persoalannya. Ayu adalah salah satu Tim gerakan ODHA Berhak Sehat, yang juga hidup dengan HIV dalam tubuhnya. Selama ini, ayu belum menemukan klinik gigi yang ramah pada pasien yang memiliki virus HIV. Kebanyakan pasti menolak, kalaupun ada klinik yang menerima dan melayani, harganya pasti selangit.

 

Lain lagi dengan Ratna,  dia sangat takut ke dokter gigi, katanya trauma. Mendengar suara mesin scaling atau melihat bangku dan lampu di ruang dokter saja, sudah membuatnya lemas. Disamping itu, sama dengan persoalan Ayu. Ratna sering memutuskan untuk tidak ke dokter gigi, dengan alasan status HIV-nya.

 

Nah, Bulan lalu Tim OBS, mengutus Ayu dan Ratna untuk WAJIB periksa gigi. Karena sepertinya, kedua perempuan kece ini punya masalah gigi yang bisa-bisa bikin mereka gak kece lagi. Saat tengah mencari kira-kira dimana klinik yang dapat memberikan pelayanan prima untuk pasien HIV. Tim OBS mendapat info tentang Difa Oral Health Center. Wah, Layanan kesehatan apa itu yah sahabat OBS?

Difa Oral Health center, merupakan Klinik Gigi yang terletak di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Klinik yang beralamat lengkap di Jl. Benda Raya no 98 G, Kemang Jakarta Selatan ini didirikan oleh 3 orang Sahabat yang memiliki profesi sebagai Dokter gigi. Mereka adalah drg.Widya Apsari SP.PM, drg. Dita Firdiana dan drg. Arfina Arief, MM. Ketiganya memiliki kecintaan yang sama pada kesehatan gigi dan mulut, itu kenapa mereka memilih untuk tekun di bidang ini, sampai mendirikan klinik gigi.

 

Singkat cerita. Ayu dan Ratna yang sebelumnya telah membuat janji periksa, tiba di Klinik Difa OHC bulan lalu. Keduanya memutuskan untuk naik ojek, karena wilayah Kemang terkenal dengan macet, apalagi jika di waktu jam pulang kantor. Disarankan untuk sebelumnya membuat janji temu dengan salah satu dokter di Klinik ini. Reservasi bisa dilakukan melalui telpon, atau kalau sudah kenal secara personal, bisa juga langsung telfon dokternya.

difa OHC depan
Tampak Depan Klinik Difa OHC
dl-1832-201504211046222741_600
Ruang Tunggu Klinik Difa OHC
dl-1832-201504211046233342_600
Alat Steril di Klinik Difa OHC

Memasuki klinik Difa, terasa sekali kenyamanan tempatnya. Kesan berani dan ruang yang penuh semangat, terasa dalam warna merah yang menyala di dinding bagian dalam klinik. Ruang tunggu yang bersih plus sejuk dengan pendingin ruangan, ditambah akses wifi gratis, membuat pasien tidak bosan menunggu. Tiba giliran saya dan Ratna untuk diperiksa oleh dokter. Ruang periksa terletak di lantai bagian atas. Selain ruang periksa, terdapat ruang steril alat yang dapat kita lihat dari kaca. Dan juga sebuah toilet di sudut lantai.

Menurut keterangan dokter gigi Dita, ruang steril dibuat transparan dengan kaca yang terlihat kedalam. Agar pasien dapat melihat proses sterilisasi alat yang baik dan benar, dan memastikan bahwa semua alat periksa di bersihkan dan di steril sesuai dengan prosedur dan tatalaksana yang umum. Sehingga, tidak perlu ada kekhawatiran, alatnya akan menularkan virus, bakteri atau kuman penyakit lain. Memasuki ruang periksa, hawa dingin menyergap kedua tim OBS, Ayu dan Ratna. Yap, layaknya ruang periksa dokter pada umumnya, hawa dingin bisa membuat nyaman dan menjaga udara tetap bersih.

Ratna mendapat giliran pertama untuk diperiksa. Kakinya menegang, dan dahinya berkerut ngeri. Beberapa kali Ratna harus dipaksa membuka mulut, karena bibirnya terus menutup. Sepertinya Ratna benar-benar takut. Namun berkat rasa percaya yang dibangun oleh dokter Finna dan dokter Dita, Ratna pun akhirnya bisa diperiksa gigi-nya dengan lancar. Pada saat giliran Ayu, dengan percaya diri dia melangkah pasti menuju bangku periksa gigi yang khas dengan alat penerang di bagian atasnya. Ayu begitu yakin, pemeriksaan akan berjalan lama, karena masalah di mulutnya begitu serius.

Giliran Ayu saat diperiksa oleh drg Finna dan drg Dita
Giliran Ayu saat diperiksa oleh drg Finna dan drg Dita

Betul seperti dugaannya. Menurut dokter, masalah yang dirasakana Ayu selama ini adalah penumpukan karang gigi, hingga masuk ke gusi yang menyebabkan Gingivitis atau gusi bengkak dan meradang. Saat proses pembersihan mulai dilakukan, dokter menyampaikan di awal bahwa rasanya akan sedikit ngilu, dan Ayu dapat melambaikan tangan jika sudah tidak kuat. Tentunya gigi yang dibersihkan akan mengalami perdarahan, karena sisa-sisa makanan yang menempel sudh mengeras seperti karang, itu mengapa disebut karang gigi. Proses pembersihan yang cukup berdarah-darah tersebut (read : mengeluarkan banyak darah) memakan waktu 45 menit. Setelah berkumur hingga bersih, gigi diberikan salep untuk mengobati bagian gigi yang meradang setelah dibersihkan. Lalu kemudian, dibersihkan tahap akhir.

Percaya gak percaya, ketiga dokter-nya begitu ramah dan menyenangkan. Mereka sama sekali tidak sungkan untuk memegang semua bagian yang sakit. Mereka tidak sungkan untuk begitu dekat dan intens mengkomunikasikan permasalahan gigi Ayu dan Sindi secara lebih detail. Tanpa khawatir, bahwa kedua tim OBS adalah ODHA. oiya, ada yang terlupa, sejak awal pendaftaran. Teman-teman ODHA yang hendak berkunjung ke klinik ini jangan khawatir untuk bercerita bahwa kita ODHA dan sedang mengkonsumsi obat tertentu ya. Sehingga dokter dapat mengidentifikasi permasalahan dengan lebih jelas, tanpa menganggu proses pemulihan kesehatan yang telah berlangsung.

Dan Karena Difa OHC sedang memiliki promo untuk perawatan dana pembersihan gigi. Maka mereka menawarkan harga yang sangat fantastis murahnya, Ayu dan Ratna masing-masing hanya perlu membayar sebesar Rp 300.000 per orangnya, ditambah biaya registrasi pasien baru sebesar Rp 25.000. Dengan komitmen menjaga kesehatan gigi, Ayu dan Ratna akan kembali ke klinik untuk periksa, dan di kunjungan selanjutnya biaya scaling yang perlu dibayar adalah sebesar Rp 148.000 Selamanya, untuk maintenance per 3/6 bulan-an. Wah, promo menarik ya, dan harus dicoba! Semoga saja, promo-nya masih tersedia. karena menuruh hitung-hitungan kami, berinvestasi untuk sehat itu jauh lebih menguntungkan ketimbang pelit, dan membiarkan kita sakit. tapi ujung-ujungnya kita tetap akan keluar banyak uang, karena akhirnya sakit kita menjadi lebih parah.

11889636_10204436832073467_1652767674688660964_n
happy face After Treatment (dari ki-ka : drg Dita, Ayu, drg Finna, dan drg Widya)

Selain harga murah, tempat yang nyaman dan dokter yang super ramah. Ayu dan Ratna mengaku senang, karena dokter sama sekali tidak jijik atau takut saat menangani keduanya. Sebab, dokter yang berada di Klinik Difa ini, semua paham bahwa HIV tidak mudah menular. Maka saat dokter telah menjalankan standar operasional prosedur pelayanan dengan baik maka, tidak perlu khawatir lagi deh menangani pasien HIV ataupun tidak HIV. Nah, #sahabatOBS masih ragu mau ke dokter Gigi? jangan ragu lagi yah, silahkan hubungi kontak dibawah ini untuk konsultasi lebih lanjut tentang permasalah gigi teman-teman.

Ramah-Odha-900x330Difa Oral Health center

Address : Jl. Benda Raya no 98 G, Kemang-Ampera, Cilandak Timur, Jakarta Selatan, 12560

Phone      : 021-7812317 / email : [email protected] / Website : http://difaoralhealthcenter.com

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.