Workshop Tuberculosis Bersama Para Blogger Part I

author

IMG_20150304_183749
dokumentasi #sahabatJKN #LawanTB

Minggu lalu, ODHA Berhak Sehat yang diwakili kak @Ayuma_Morie (yang kebetulan adalah seorang Blogger), mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Subdit TB Kementrian Kesehatan, KNCV Tuberculosis Foundation dan WHO. kegiatan yang diselenggarakan di Bandung ini, diikuti oleh 40 orang peserta yang mana mereka adalah seorang Blogger. Wah, keren banget ya, terbayang ke-40 Blogger ini, diberikan edukasi dan informasi tentang TBC serta pengalaman kunjungan langsung ke layanan kesehatan yang menyediakan pengobatan dan perawatan Tuberculosis. Nah, di tulisan ini, kami akan sharing seperti apa keseruan pelatihan yang diberikan kepada para blogger, serta pengalaman apa yang didapat dan dirasakan oleh @ayuma_morie selama pelatihan berlangsung.

Pelatihan Hari Pertama – 3 Maret 2015

kegiatan dimulai pada tanggal 3 Maret, dimana seluruh peserta berkumpul di dalam ruangan. Ada beberapa yang sudah saling mengenal, karena terkumpul di dalam sebuah komunitas komunitas blogger seperti Emak-emak Blogger, Warung Blogger, dan Blogger Kompasiana. Suasana hangat sudah terasa sejak awal, karena budaya berkumpul oleh para blogger, menjadikan mereka begitu dekat satu sama lain. Para Blogger kebanyakan berasal dari JABODETABEK, ada pula yang berasal dari Bandung, Lampung dan Mojokerto. Setelah makan siang selesai, kegiatan dibuka oleh sambutan dari Ibu Ketua Sub Direktorat Tuberculosis di Kementrian Kesehatan, Ibu dokter Christina, atau yang akrab dipanggil Ibu Ning. Setelah kegiatan dibuka, dilanjutkan oleh perkenalan yang dilakukan satu persatu. Disini terlihat bahwa, ragam latar belakang seorang blogger, namun mereka hadir dengan satu visi, mereka sama sama senang menulis dan membagi informasi serta mereka adalah orang orang yang peduli dengan persoalan sosial. Setelah perkenalan para peserta, giliran tim panitia yang memperkenalkan diri. Mereka berasal dari Subdit TB kemenkes, Puskomlik Kementrian Kesehatan, WHO dan KNCV Tuberculosis Foundation.

Usai perkenalan, Tim medis dari RS Hasan Sadikin sudah hadir ditengah tengah para blogger dan siap memberikan materi materi yang super penting dan bermanfaat. Presentasi pertama adalah dari dokter Prayudi yang menjelaskan tentang detail TB MDR. Apa sih TB MDR itu, selama ini kita semua kan hanya mengenal TBC atau Tuberculosis saja? Nah, secara singkat, TB MDR merupakan singkatan dari Tuberculosis Multidrug Resistance. Dimana Seorang yang mengidap TB MDR, adalah mereka yang sudah pernah terinfeksi TBC di masa lampau, namun tubuhnya sudah resistan dengan obat obatan TBC yang diberikan. Sehingga Kuman TBC yang ada dalam tubuh menjadi lebih sulit diobati. TB MDR, merupakan salah satu penyakit yang berbahaya, jika kita sebagai masyarakat diam dan tidak peduli. Selain karena penularannya yang mudah melalui udara, TB MDR lebih sukar diobati. Namun jangan khawatir, dengan dukungan keluarga, dan konsistensi menjalani pengobatan, pasien TBC dan TB MDR dapat kembali sehat.

Presentasi yang kedua adalah dari dokter Adi, secara spesifik beliau menjelas TB pada Anak. Dimana persoalan yang dialami anak anak berbeda dengan persoalan TBC pada orang dewasa. Seperti apa sih TB pada Anak itu? dokter Adi menjelaskan, bahwa Tuberculosis pada anak  tidak seperti pada orang dewasa. Pertama, cenderung sulit untuk didiagnosis dan tidak ada tanda tanda spesifik seperti batuk. Maka alat ukur yang paling baik dan biasa dilakukan oleh para tenaga medis adalah dengan menggunakan sistem scoring. Dokter akan menganalisa sejumlah ciri tubuh, dan hasil pemeriksaan seperti tes BTA dan Mantuk Test, jika semakin banyak score-nya atau angka-nya, maka anak dapat dinyatakan mengidap TBC. Persoalan yang juga penting untuk diingat adalah, Anak yang mengidap TBC tidak dapat menularkan kepada orang lain lho, justru anak anak lah yang rentang terinfeksi TBC saat ada orang yang lebih dewasa mengidap TBC ada di sekitar mereka.

Presentasi ketiga adalah dari, dokter Rudi yang menjelaskan kepada para peserta yang semakin bersemangat, mengenai Korelasi Tuberculosis dan HIV. Banyak orang yang hidup dengan HIV, abai dan cuek akan kebersihan lingkungannya. Sehingga saat ada keluarga atau kerabat yang mengidap TBC, orang yang mengidap HIV lebih rentan tertular. Karena seperti yang kita ketahui bahwa HIV membuat tubuh pengidapnya menjadi lebih rentan terhadap penyakit apapun, apalagi TBC yang mudah menular melalui Udara. Sehingga, disarankan bagi siapapun yang mengidap TBC, sebaiknya menggunakan masker, untuk melindungi orang orang di sekitarnya, terlebih lagi jika kita memiliki kerabat yang hidup dengan HIV yang lebih rentan terhadap banyak kuman penyakit.

IMG_20150304_062947
Dokumentasi #SahabatJKN #LawanTB

Malam hari-nya, seusai makan malam, para peserta workshop blogger kedatangan Bapak Sigit, Dirjen Pengendalian Penyakit menular (PPML) Kementrian Kesehatan. beliau banyak berbagi mengenai program pengendalian penyakit menular, dalam hal ini adalah program Tuberculosis di Indonesia.  Menutup malam, seluruh peserta berfoto bersama, sebelum esok, akan memulai perjalanan kunjungan langsung ke RS Hasan Sadikin Bandung.

IMG_20150304_080940
Dokumentasi #SahabatJKN #LawanTB

Hari Kedua – 4 Maret 2015

Dengan menggunakan sebuah bis, seluruh peserta telah siap berangkat menuju RS Hasan Sadikin, Bandung pukul 8 pagi. Para Peserta sudah dibekali dengan T-shirt yang seragam dengan tagline yang sudah bergaung sejak hari pertama yakni #SahabatJKN #LawanTB, perbekalan lainnya adalah Peserta harus mengikuti aturan yang berlaku selama kunjungan langsung dilaksanakan yakni, karena tempat yang dikunjungi adalah Rumah Sakit, maka seluruh peserta Wajib untuk menghargai setiap unsur yang ada didalamnya, tidak boleh cekakak cekikik ketawa ketiwi, karena akan mengganggu jalannya layanan kesehatan, Peserta juga dilarang mengambil foto sembarangan, khususnya saat ada pasien yang sedang berkonsultasi, ini terkait dengan persoalan kerahasiaan pasien. Maka setelah semua peserta menyetujui aturan main kunjunga, bis berangkat menuju RS Hasan Sadikin.

 

IMG_20150305_132040
Dokumentasi #SahabatJKN #LawanTB

Pukul 8.30 Peserta sudah berada di Aula Bagian Ilmu Penyakit Dalam, dimana dokter Arto, dari RS Hasan Sadikin akan menerima seluruh peserta sekaligus memberikan arahan dan jabaran mengenai program pengobatan dan perawatan penyakit tuberculosis di RS Hasan Sadikin. RS Hasan Sadikin merupakan salah stau RS rujukan yang memiliki fasilitas lengkap untuk melayani TBC, bukan hanya Tuberculosis biasa, juga Penanganan TBC pada Anak, TB MDR dan TB pada pasien HIV. Seusai dokter menjelaskan, peserta berfoto bersama tim dokter di RS HAsan Sadikin yang kebetulan banyak berkumpul di Aula tempat kegiatan penerimaan peserta workshop berlangsung. Seusai berfoto, semua siap untuk langsung turun kunjungan ke pusat pusat layanan.

destinasi 1
Destinasi 1. Poli TB MDR Tahap Awal

Dari 40 peserta, dibagi kedalam 4 kelompok dengan anggota 10 orang di dalamnya, ditambah dengan 1 orang pemandu dari Panitia dan 1 orang pemandu dari RS Hasan Sadikin. Peserta juga dibekali dengan Masker N95 yang wajib digunakan selama kegiatan kunjungan berlangsung, hal ini merupakan salah satu upaya prefentif, agar baik dari sisi peserta maupun pasien aman tidak saling menularkan kuman TBC. Destinasi Pertama adalah Poli TB MDR Tahap Awal. di sini Peserta dapat melihat bahwa, ruang pemeriksaan sedikit tidak biasa, tidak tertutup dan memiliki pendingin ruangan. Melainkan berada di sayap gedung, dengan udara terbuka dan tanpa AC. Hal ini ditujukan agar Kuman TB MDR yang (mungkin) berada di sekitar ruang pemeriksaan, dapat mati saat terkena sinar matahari, dan udara terbuka jauh lebih baik untuk menghindari penularan antar pasien atau kepada petugas pemberi layanan. Beberapa peserta terlihat sibuk bertanya kepada dokter, petugas serta beberapa pasien yang kebetulan sedang berobat jalan.

Destinasi 2. Poli TB MDR Tahap Lanjutan
Destinasi 2. Poli TB MDR Tahap Lanjutan

Destinasi Kedua adalah Poli TB MDR Tahap Lanjutan. Pada kunjungan kali ini, hampir mirip suasananya dengan ruang TB MDR Tahap Awal, selalu ada space terbuka, yang memungkinkan udara berputar dan tidak hanya berada di satu tempat saja. Di Poli TB MDR Tahap Lanjutan ini, para pasien sudah dinyatakan membaik, dan tidak dapat menularkan kuman TB MDR-nya kepada siapapun. Namun tetap, pengobatan TB MDR jauh lebih sulit, karena pasien harus minum obat setiap hari dan secara langsung dihadapan petugas layanan kesehatan, plus ada obat berupa suntikan yakni streptomicyn yang diberikan kepada pasien.

Destinasi 3. Poli DOTS
Destinasi 3. Poli DOTS

Destinasi Ketiga adalah Poli DOTS, DOTS merupakan singkatan dari Directly Observed treatment short course, yang artinya pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung. DOTS merupakan model pengobatan penyakit Tuberculosis yang dikembangkan WHO, dan telah diadaptasi di Indonesia. Tujuan utamnya adalah mencapai angka kesembuhan terbaik, mencegah putus obat dan mencegah terjadinya kekebalan bakteri TB terhadap Obat obatan Tuberculosis. Dahulu, sebelum program DOTS ada, pasien TB mengkonsumsi obat yang jumlahnya sangat banyak, namun dengan technologi dan perkembangan kesehatan, pasien TB sudah dapat mengkonsumsi obat yag telah dikombinasi atau FDC (Fix Dose Combination).

IMAG3816
Destinasi 4. Klinik TB HIV (Peserta berdiskusi dengan dokter)
IMAG3815
Destinasi 4. Klinik TB HIV (peserta dijelaskan oleh dr.Merry)

Setelah 3 tempat dilalui oleh ke-4 kelompok secara bergiliran, maka tibalah team peserta pelatihan pada tujuan akhir. Destinasi keempat adalah Poli TB HIV, Klinik Teratai di RS Hasan Sadikin merupakan tempat teman teman yang hidup dengan HIV mengakses layana kesehatan. Mulai dari pemeriksaan, konseling, sampai kepada pengambilan obat. Terpusat di satu tempat dengan tujuan mempermudah akses layanan kesehatan kepada pasien HIV yang datang ke RS Hasan Sadikin. Seperti yang dijelaskan oleh dokter Rudi di hari pertama, bahwasanya, ODHA atau Orang dengan HIV AIDS, sangat rentan terhadap penyakit, salah satunya Tuberculosis dan TB MDR. Maka penyakit yang sering disebut double trouble ini, selalu diupayakan untuk menjadi prioritas. Maksudnya adalah, saat ada Pasien HIV berobat dan ada kemungkina  terinfeksi TBC, maka harsu segera dilakukan pemeriksaan dan pengobatan, begitupula sebaliknya saat ada pasien TBC yang diduga mengidap HIV, maka tim dokter akan menyarankan pasien memeriksakan HIV.

Kunjungan berakhir dengan suka cita dan pengalaman kaya. Terasa kental saat berada di bis yang mengarah kembali ke Hotel Aston Tropicana, tempat peserta menginap, hampir seluruh peserta dengan wajah kelelahan berbagi cerita satu sama lain pengalaman apa yang mereka dapat selama kunjungan lapangan berlangsung. Nah Setibanya di Hotel, Peserta diberikan waktu untuk beristirahat dan makan siang, lalu kembali ke ruang kegiatan untuk melanjutkan sesi selanjutnya yang tidak kalah seru dan bermanfaat.

To Be Continue! 🙂

For More Story and Updates, search hashtag #SahabatJKN #LawanTB

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.