23 Tahun dengan HIV

author

Hari ini sekretariat #ODHABerhakSehat mendapat kunjungan dari seorang teman dari Kanada. Dan #ODHABerhakSehat mengundang para #SahabatOBS untuk ngobrol santai dengan beliau. Sekitar 15 orang #SahabatOBS dari Ikatan Perempuan Positif Indonesia serta dari Positive Hope Indonesia duduk bersama dengan didampingi oleh Mbak Ayi, seorang rekan dari LINKAGES sebagai penterjemah.

BrianWhiteNamanya Brian White, beliau masih tampak bugar di usianya yang dapat dibilang tidak muda lagi. Sekitar dua puluh tahun yang lalu beliau pernah bekerja di Jakarta. Pada Desember 1992, Brian pulang kampung ke negara asalnya, beliau menjalani tes HIV tanpa sepengetahuannya. Dan dokter yang melakukan tes HIV juga baru pertama kali mengadakan tes HIV. Tanpa ada konseling, tanpa ada pengetahuan sama sekali tentang HIV. Tanpa mengetahui hasilnya, Brian balik ke Indonesia karena masa liburan telah selesai.

Beberapa saat setelah tiba di Indonesia, dokter tersebut menelepon Brian dan memberitahu bahwa dirinya positive HIV. Sang dokter menganjurkan agar Brian balik ke Kanada karena umurnya sudah tidak lama lagi. Terkejut mendapatkan kabar tersebut, Brian mengurung dirinya dalam rumah yang dikontraknya bersama seorang teman ekspatriat. Temannya heran melihat Brian berperilaku tidak seperti biasanya. Temannya menanyakan ada apa gerangan yang terjadi? Dan Brian memutuskan untuk berterus terang terhadap teman serumah, dia bilang bahwa dia telah terkena HIV. Ternyata temannya bilang bahwa dia juga terkena HIV, sudah 10 tahun dia menjalani hidup dengan HIV (dan hingga tulisan ini dimuat, beliau masih hidup sehat). Berkat temannya itu lah Brian mendapatkan pengetahuan tentang HIV dan bagaimana terapinya. Berkat ARV, nyawa Brian yang dibilang sudah tidak lama lagi oleh dokter yang melakukan tes HIV padanya, menjadi tidak terbukti.

Brian memutuskan untuk segera melakukan terapi ARV, beliau mendapat kombinasi obat AZT dan DDI (nama generik DDI adalah didanosine, sedangkan AZT adalah zidovudine). Pada masa itu belum dikenal istilah ARV, bahkan istilah HAART (highly active antiretroviral treatment) juga baru diperkenalkan pada tahun 1995.  Selama 23 tahun beliau survive dari HIV tanpa mengalami infeksi oportunis sekalipun. Pernah beliau merasa jenuh untuk melakukan terapi, dan berkonsultasi dengan dokter, apa baik dan buruknya jika saya berhenti ARV? Toh saya saat ini baik-baik saja, Viral Load saya tidak terdeteksi, dan CD4 saya stabil di angka 700-800. Dan dokter memaparkan bahwa kebaikan dari berhenti hanya satu, kamu terbebas dari minum obat setiap hari, namun keburukannya akan sangat panjang, mulai dari kemungkinan virus HIV menjadi kebal terhadap rejimen obat, hingga serentetan keburukan lainnya. Untung lah Brian mengikuti nasehat dokter hingga sekarang ini.

Selama proses ngobrol dengan #SahabatOBS, beliau berpesan, jangan senang dulu jika CD4 kita tinggi, kita harus selalu rutin melakukan tes Viral Load juga untuk mengetahui jumlah virus dalam tubuh kita, karena mereka adalah musuh yang sebenarnya. Jika CD4 kita anggap sebagai tentara, maka jangan sampai jumlah musuh melebihi jumlah tentara kita. Karena tes Viral Load adalah untuk melihat kesuksesan terapi pengobatan kita.

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.