Haruskah Pekerja dengan HIV Dipecat?

author

Beberapa waktu belakangan ini, beberapa #SahabatOBS curhat ke Mimin, dia dipaksa mengundurkan diri dari tempat kerja karena ketahuan mengidap HIV. Bahkan ada seorang yang bekerja di salah satu kementrian yang diberhentikan karena mengidap HIV. Ternyata bahkan di tingkat kementrian-pun orang dengan HIV (ODHA) masih dianggap ancaman.

Ketika seorang pekerja diketahui status HIV-nya (entah diketahui dengan sengaja atau tanpa sengaja), semua orang akan bertanya-tanya “Apa yang akan terjadi sekarang? Apa hak-hak aku? Apa kewajiban aku?” Ketika seseorang pekerja diketahui mengidap HIV, maka semua pihak (pemberi kerja, manajer, pekerja, rekan kerja) akan mempuyai hak dan kewajiban agar semua pihak dapat terus produktif di tempat kerja tanpa rasa takut dan diskriminasi.

 

Untuk Pihak Pemberi Kerja/Perusahaan:
Berikan edukasi mengenai HIV/AIDS di tempat kerja. Banyaknya rumor dan mitos yang tidak benar mengenai HIV/AIDS memberikan gambaran yang salah mengenai karyawan yang mengidap HIV. Karyawan dengan HIV masih dapat bekerja sama produktifnya dengan karyawan lain yang tidak mengidap HIV, hal ini dikarenakan dengan pengobatan ARV secara teratur, ODHA dapat terus hidup sehat. Semua langkah pencegahan penularan penyakit di tempat kerja harus ditegakkan, bukan hanya terhadap HIV saja. Dengan demikian semua karyawan dapat terus bekerja dengan tenang tanpa rasa was-was.

Edukasi mengenai HIV di tempat kerja mencakup:

  • Penjelasan mengenai fakta-fakta medis, bukan mitos.
  • Penjelasan bagaimana HIV berpengaruh terhadap pertahanan tubuh.
  • Penjelasan bahwa karyawan dengan HIV bukan ancaman terhadap kesehatan rekan kerja.
  • Penjelasan mengenai tindak diskriminasi dan stigma dapat merugikan situasi kerja.
  • Edukasi ini juga membahas penanggulangan penyakit lainnya yang menular melalui kontak darah.

Hal-hal yang sering dipertanyakan oleh Pemberi Kerja / Perusahaan:
“Kami paham bahwa rekam medis adalah hal rahasia, tetapi bukankah kami mempunyai kewajiban untuk memberikan peringatan kepada karyawan lain agar mereka berhati-hati supaya tidak tertular?”

Kita harus sangat berhati-hati sebelum melanggar hukum dengan membocorkan rekam medis karyawan. Jawabannya: tidak! Tidak ada kewajiban bagi pemberi kerja/manajemen/perusahaan untuk memberitahukan status HIV seseorang karyawan kepada rekan-rekan kerjanya.

Rekan kerja maupun kustomer tidak berhak mengetahui rekam medis seorang karyawan. Perlu diingat bahwa hubungan antar karyawan secara normal dalam bisnis tidak akan memungkinkan terjadinya penularan HIV. Ingatlah bahwa HIV adalah penyakit yang menular melalui kontak darah, bukan ditularkan melalui udara, atau bersenggolan.

Sebagai pemberi kerja / manajemen / perusahaan, kewajiban prusahaan adalah memberikan edukasi yang benar tentang HIV di tempat kerja sehingga karyawan mengetahui informasi yang benar. Hanya melalui aktifitas seks tanpa pengaman (kondom) dan menggunakan jarum suntik secara bergantian, HIV dapat menular. Dan hal itu tentu dilarang dilakukan dalam situasi pekerjaan.

“Bagaimana jika karyawan kami yang mengidap HIV melakukan kencan dengan karyawan lainnya? Bukankah kami harus memberitahukan karyawan yang diajak kencan tersebut tentang status HIV-nya?”

Memberitahukan status HIV kepada karyawan yang diajak kencan bukanlah kewajiban maupun hak bagi pemberi kerja. Hubungan pribadi seharusnya tetap menjadi hubungan pribadi, jangan dibawa menjadi urusan pekerjaan. Jika edukasi mengenai HIV/AIDS telah dilaksanakan di lingkungan kerja, seharusnya pengetahuan tentang HIV di antara karyawan akan tertanam, sehingga tiap-tiap karyawan dapat mengambil langkah pencegahan penularan HIV di dalam kehidupan pribadi mereka.

“Jika ada karyawan yang mengidap HIV, dapat merugikan perusahaan donk?”

Jangan melakukan diskriminasi terhadap karyawan dengan HIV. Tidak ada alasan untuk melakukan perubahan secara siknifikan terhadap asuransi perusahaan. Karyawan yang telah mendapatkan perawatan HIV dengan benar tidak akan memakan banyak biaya asuransi, bahkan jika dibandingkan dengan pasien kanker ataupun kelahiran prematur.

Untuk Karyawan yang Mengidap HIV:
Jika dibutuhkan, informasikan kepada perusahaan bahwa kamu sedang melakukan pengobatan yang dapat berpengaruh terhadap kinerja. Di awal masa terapi ARV, sebagian ODHA akan mengalami masa-masa tubuh membiasakan diri dengan pengobatan, biasanya akan timbul efek samping seperti mual, pusing, lemas, dll. Mintalah surat keterangan kepada layanan kesehatan / dokter yang menangani kamu yang menerangkan bahwa kamu tetap dapat bekerja secara normal. Surat keterangan ini tidak perlu mencantumkan bahwa kamu ODHA atau kamu sedang menjalani pengobatan HIV. Namun dalam kasus dimana seorang pekerja harus memberikan keterangan, maka dokter dapat memberikan keterangan tertulis bahwa karyawan yang bersangkutan merupakan pasien HIV dan tetap dapat bekerja dengan baik.

Untuk Rekan Kerja:
Perlakukan semua darah manusia sebagai hal yang dapat menularkan penyakit. Setiap karyawan bertanggung jawab untuk melindungi dirinya masing-masing dalam menangani darah yang tercecer di lokasi kerja. Perusahaan tempat kamu bekerja seharusnya memberikan edukasi yang benar tentang penanganan penyakit menular, termasuk HIV. Pencegahan diri kamu pribadi dari tertular penyakit merupakan tanggung jawabmu. Pakailah sarung tangan dan hindari kontak langsung dengan darah. Bersihkan darah dengan desinfektan.

Kiat-kiat Jika Terdapat Karyawan dengan HIV
Apapun perasaan pribadi kamu terhadap seorang karyawan, sebagai pemberi kerja ataupun manajemen perusahaan, adalah tugas perusahaan untuk mencegah terjadinya stigma dan diskriminasi baik yang dilakukan secara terbuka maupun terselubung. Hal ini meliputi:

  • Penolakan untuk menggunakan toilet atau lokasi / tempat makan yang sama dengan ODHA.
  • Permintaan untuh pindah ke bagian lain dari karyawan yang ODHA tersebut.
  • Memisahkan diri dari karyawan ODHA tersebut

Berikan sanksi diskriminasi sebagai isu indisipliner, berikan konseling terhadap karyawan yang melakukan diskriminasi tersebut, dan berikan pengetahuan yang benar tentang bagaimana HIV menular. Hindari penggunaan “AIDS jokes” sebagai bahan bercandaan di tempat kerja. Kamu sebagai level manajer harus menjadi contoh yang baik dalam hal menghapus stigma dan diskriminasi di tempat kerja.

Disarikan dari:

Also Read

Tags

1 thought on “Haruskah Pekerja dengan HIV Dipecat?”

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.