Mengenal Psikosomatik

author

Banyak pertanyaan yang mampir ke meja Mimin yang bertanya tentang gejala penyakit yang dialami oleh #SahabatOBS, diantaranya:

“Min, saya habis melakukan sex (tanpa kondom) dengan si X, terus ngga lama timbul bercak-bercak merah di kulit, tapi pas saya cek HIV kok negatif”;

“Min saya setelah minum obat Z kok rambutku rontok, apa ini efek dari obat Z?”;

“Aku udah berkali-kali tes HIV, hasilnya negatif, tapi kok aku mengalami tanda-tanda kayak orang kena HIV sich?”

Ayo kita intip mengenai apa itu gejala psikosomatis:

Kalau merujuk ke asal kata psikosomatik, maka terdiri dari dua kata yaitu psiko yang artinya jiwa,mental atau psikis dan somatik yang artinya badan, tubuh atau soma.

Kita tidak perlu bingung masalah istilah, namun sebenarnya kata psikosomatik itu bisa bermakna :

  • Adanya keluhan fisik (soma) yang disebabkan oleh faktor psikologis (psiko) : ini merupakan arti istilah psikosomatik yang paling sering dipahami
  • Adanya keluhan psikologis (psiko) dan fisik (soma) bersama-sama pada seorang pasien : ini merupakan istilah psikosomatik yang juga banyak dipahami sebagai bagian yang membuat penanganan kasus psikosomatik itu melibatkan pendekatan biologis,psikologis dan sosial.
  • Adanya faktor-faktor psikologis yang berpengaruh pada kondisi somatik (tubuh) dan sebaliknya : ini biasanya pengertian dalam praktik ilmu kedokteran psikiatri konsultasi dan liaison. Psikiater bidang psikosomatik biasanya mempunyai urusan dengan pasien-pasien gangguan medis yang mengalami gejala-gejala psikologis dan pasien gangguan jiwa yang mengalami sakit medis.

Gejala psikosomatis tidak hanya dialami oleh pasien HIV, saja, namun dapat menimpa siapa saja, yang merasa cemas berlebihan terhadap apa yang telah dilakukannya. Kecemasan ini dapat berakibat pada fisik dan psikis seseorang.

Berdasarkan pengalaman klinis, banyak kasus psikosomatik yang pasiennya mengeluh fisik dan psikis (lihat atas bagian b.) kebanyakan setelah diobati dengan obat antidepresan dan psikoterapi suportif akan lebih hilang gejala fisiknya lebih dahulu dibandingkan keluhan psikisnya. Apalagi jika keluhan fisik tersebut terkait gejala depresi.

Walaupun pada banyak penelitian mengatakan gejala depresi itu akan hilang berbarengan dengan gejala fisiknya, dalam artian jika depresinya teratasi maka gejala fisiknya juga akan baik, ternyata pada kenyataannya tidak demikian. Gejala fisik yang diobati dengan tepat biasanya lebih dulu membaik daripada gejala psikologisnya. Walaupun hasil ini berbeda-beda untuk tiap pasien, lebih dari 50% pasien merasakan dia lebih nyaman secara fisik dulu baru kemudian rasa cemas atau depresifnya berkurang.

Keluhan fisik yang berkurang gejalanya ini yang membuat perasaan was-was dan cemas pasien menjadi lebih baik akhirnya. Pengamatan pada pasien psikosomatik yang lebih mengeluh fisiknya memang sedikit berbeda dengan pasien gangguan jiwa yang lebih banyak mengalami keluhan psikis seperti skizofrenia misalnya. Jadi memang menarik untuk diamati bahwa ketika keluhan fisiknya berangsur menghilang, pasien akan merasa lebih percaya diri dalam mengatasi kondisi kehidupan sehari-harinya.

Nah jika #SahabatOBS sudah melakukan tes HIV berulang-ulang namun hasilnya masih non reaktif (negatif) namun memiliki gejala terkena HIV, akan lebih baik untuk berkonsultasi juga dengan psikiater, karena kemungkinan kamu sudah terkena depresi. Salam sehat ya.

Sumber:

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.