Jangan Kucilkan Kami

author

Sebenarnya, tidak ada yang berubah padanya. Ketika saya bertemu dengannya, dia tetap seorang lelaki dengan wajah rupawan berkulit putih bersih dan memiliki karakter yang pendiam. Anaknya sudah dua orang. Keduanya adalah anak perempuan yang cantik-cantik dan memiliki garis wajah blasteran Indo. Saya tidak menyangka bahwa dia terinfeksi virus HIV Aids. Kita sebut saja namanya Tono, karena dia memang tidak ingin kondisi dirinya yang terinfeksi virus mematikan itu diketahui oleh orang banyak. Yang mengetahui kondisinya hanyalah kami, orang-orang yang dekat saja.

Istri Tono (sebut saja namanya Tina) adalah seorang perempuan sabar dan lembut yang dikenal Tono ketika Tono tertangkap polisi dalam kasus pemakaian obat-obat terlarang. Ketika itu, Tono memang berprofesi sebagai seorang Disk Jockey sebuah pub malam. Kehidupan malam yang glamour dan mendatangkan serta mengumpulkan orang-orang yang melulu mencari kesenangan dan hiburan ini, turut membawa serta sisi gaya hidup negatif bagi Tono. Yaitu perkenalannya pada pemakaian obat-obat terlarang narkotika. Tono pun mulai mengkonsumsi narkotika sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya dia pun mulai mengenal narkotika suntik. Alhamdulillah Tono masih dilindungi oleh Allah SWT. Pada suatu hari, ketika dia mulai memasuki tahap ketagihan, polisi menggerebek tempatnya bekerja tersebut dan Tono pun ikut terjaring sebagai salah satu pengguna. Tono akhirnya digiring masuk untuk menjalani proses penyembuhan di sebuah panti pemulihan di wilayah Tangerang. Disinilah Tono akhirnya bertemu dengan Tina.

Tina bekerja sebagai salah seorang tenaga administratif di panti tersebut. Meski demikian, sesekali, dia juga harus mendampingi bosnya untuk inspeksi ke seluruh penghuni panti. Pada salah satu inspeksi inilah Tina berkenalan dengan Tono. Seiring dengan pertemuan yang intensif, keduanya pun saling jatuh cinta. Tono dan Tina menikah tidak lama setelah Tono dinyatakan bebas dari ketergantungan. Tapi , sebuah fakta baru mencuat sehubungan dengan pernikahan mereka. Saat itulah baru diketahui bahwa ternyata, Tono telah terjangkit virus HIV yang diperolehnya karena pemakaian jarum suntik yang bergantian ketika dia menggunakan narkoba suntik.

Sebuah Fakta yang amat mengejutkan. Ini benar-benar sebuah fakta yang mengejutkan keduanya. Tapi pohon cinta sudah mengeluarkan tunas segar yang tumbuh subur. Akar pohon cinta inipun sudah membelukar mencengkeram hingga tunas baru bisa tumbuh amat kokoh. Cinta antara Tono dan Tina tidak dapat lagi digoyahkan. Bahkan meski keluarga Tina menentangnya sekalipun. Tina tahu semua resiko yang akan dia terima jika meneruskan cintanya ke jenjang pernikahan. Tono pun demikian. Tapi keduanya sudah tidak dapat lagi terpisahkan. Dengan niat yang tulus dan percaya pada rasa cinta yang tulus tersebut, mereka berdua pun menikah.

Virus HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Itu sebabnya penyakit yang disebabkan oleh virus HIV disebut dengan penyakit AIDS, yang merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, dan penderitanya disebut dengan ODHA (Orang Dengan HIV Aids).

Ada beberapa fakta yang harus diketahui oleh masyarakat sehubungan penyakit HIV/AIDS ini. Yaitu:

1. Bahwa penularan HIV bisa melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian dan tidak steril. Itu sebabnya, para pengguna narkoba suntik adalah kelompok yang paling rentan terkena virus HIV.

2. Virus ini juga bisa ditularkan ibu ke bayinya melalui proses kelahiran; dan kelahiran dan menyusui.

Meski demikian, fakta di lapangan mencuatkan sebuah kenyataan bahwa kemungkinan penularan dari ibu ke anak menurut sebuah penelitian adalah hanya sebesar 25% – 40% (bukan 100%). Tapi dengan adanya program PMTCT (Precention Moter to Child Transmission), maka kemungkinan penularan bisa ditekan hingga di bawah 2 %. Hal ini memberikan kemungkinan besar bagi ODHA (orang dengan HIV/AIDS) untuk bisa mempunyai anak yang terbebas dari HIV. Salah satu program yang bisa dijalankan oleh ibu yang menjadi ODHA adalah melahirkan dengan cara Caesar dan memberikan susu kemasan pada bayinya.

3. Virus ini juga bisa ditularkan jika kita melakukan kegiatan berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks. Kegiatan seks yang berganti-ganti pasangan adalah pintu masuk seseorang untuk terkena penyakit menular seksual (IMS/Infeksi Menular Seksual). IMS itu sendiri merupakan pintu utama masuknya virus HIV ke dalam tubuh seseorang. Bahkan, minum antibiotik guna mengobati infeksi, tidak dapat dianalogikan dapat mencegah masuknya IMS pada tubuh seseorang. Pencegahan IMS hanya dapat dilakukan dengan menggunakan kondom secara konsisten dan benar.

TAPI, TETAP SETIA PADA SATU PASANGAN ADALAH SOLUSI YANG PALING BAIK BAGI SIAPA SAJA.

4. Kita tidak dapat mengetahui bahwa seseorang terkena HIV hanya dengan melihat dari penampilannya. Hal ini karena seseorang yang terinfeksi HIV bisa saja nampak sehat dan merasa baik-baik saja, dan bisa kena pada siapa saja tanpa memandang usia, jenis kelamin, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, dan letak geografis seseorang. Tes darah merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak.

Meski demikian, virus HIV tidak dapat ditularkan melalui jabat tangan, rangkulan, gigitan nyamuk, berenang bersama, terpapar batuk, memakai toilet bersama dan berbagi makanan maupun menggunakan alat makan bersama.

Kembali pada kisah Toni dan Tina di atas.  Dari pernikahan yang berlangsung tersebut, Tina sepakat bahwa Tono harus mengikuti pengobatan teratur untuk mencegah agar virus HIV dalam tubuhnya tidak terus bertambah parah. Atas dukungan istri (Tina) dan keluarga besar dari pihak Tono, akhirnya Tono menjalankan ART (Anti Retroviral Therapy, yaitu terapi pengobatan dengan menggunakan ARV). Obat ARV (anti Retroviral adalah obat penekan perkembangan virus HIV) yang bisa diperoleh secara gratis bagi ODHA di rumah sakit pemerintah. Obat ini dikonsumsi secara teratur dan terus menerus tidak boleh terputus. Alhamdulillah pemerintah memberikan subsidi penuh pada penyediaan obat-obatan ini di rumah sakit pemerintah yang ditunjuk. Tina sendiri, juga mengikuti program PMTCT (yaitu program penularan HIV dari ibu ke anak yang dikandungnya). Biar bagaimanapun, sebagaimana keluarga normal lainnya, pasangan inipun menginginkan untuk memiliki keturunan yang sehat. Hasilnya, lahirlah dua putri cantik mereka yang “sehat dan bersih tidak terinfeksi virus HIV.”

Para periode Januari hingga Desember 2011, jumlah ibu hamil yang mendapatkan layanan PMTCT adalah sebanyak 108 orang. Sedangkan bayi hidup dari ibu HIV positif periode Januari hingga Desember 2011 adalah sebanyak 31 orang bayi. Pasangan Tina dan Tono adalah salah satu pasangan yang beruntung karena berhasil memperoleh dua anak yang terbebas dari virus HIV/AIDS. Ini sekaligus mematahkan mitos bahwa para penderita ODHA sebaiknya dihindari dan dikucilkan. Juga mitos bahwa para penderita ODHA tidak dapat hidup normal dan tidak dapat hidup sehat. 

Sayangnya, Tina meninggal dunia tidak lama setelah putri keduanya lahir ke dunia (yaitu ketika putri keduanya berusia 1 tahun; karena terkena serangan penyakit sesak nafas). Sedangkan Tono, alhamdulillah hingga detik ini masih terus hidup dan bertahan. Pemakaian obat anti retroviral yang terus menerus tampaknya bekerja dengan baik untuk tubuhnya. Meski demikian, dia tetap harus mencegah agar tidak sampai terkena penyakit. Pada ODHA, penyakit yang ringan sekalipun, bisa menjadi berbahaya dan berkepanjangan karena tidak dimilikinya sistem kekebalan terhadap penyakit dalam tubuh mereka tersebut. Untuk itulah penting bagi mereka untuk senantiasa menjalankan pola hidup sehat dan bahagia.

Kedua putri Tono, sekarang sudah memasuki usia sekolah dasar. Yang sulung, saat ini sudah duduk di kelas dua sekolah dasar. Tono sendirilah yang mengantar anaknya sekolah, menjemputnya, memberinya makan dengan cara memasak, menyuapi dan juga menemani anak-anaknya bermain di rumah, serta mencari nafkah dari berbagai macam pekerjaan yang bisa dikerjakannya. Bisa jadi, kehidupan sehat dan bahagia inilah yang membuat Tono bisa terus bertahan hingga tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa dia adalah seorang ODHA. Tidak orang lain, tidak juga kedua putri cantiknya tersebut. Dan memang seorang ODHA berhak untuk bisa hidup sehat, bahagia dan normal sebagaimana orang lain yang sehat. Jadi… jangan pernah kucilkan mereka.

————————
Artikel ini di Repost kembali dari tulisan, Ade Anita http://adeanita-adi.blogspot.com/2012/12/jangan-kucilkan-kami-sebuah-permintaan.html @adeanit4

Also Read

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.