Anak yang hidup dengan HIV, Tanggung Jawab Siapa?

author

News, 30 Juni 2013 | Baru saja kami mendapat informasi. Di Blitar ada seorang anak yang hidup dengan HIV ditemukan terlantar dipasar Legi di daerah Blitar. Usia kurang lebih 6 th dan berjenis kelamin perempuan.  Menurut keterangan dari Titin Mustika atau yang biasa dipanggil Ayu, salah satu rekan IPPI di daerah Blitar.

“Saat ditemukan, Anak ini ditinggal di Pasar Legi oleh seseroang dan dititip pada penjaga toko, orang yang menitip ini beralasan ingin buang air kecil dan meninggalkan anak tersebut pada pemilik toko. Ditunggu oleh pemilik toko hingga sore hari, orang yang menitipkannya tidak kunjung datang. Akhirnya anak tersebut diserahkan ke Polsek setempat. Saat ditanya oleh pihak kepolisian, anak tersebut hanya bisa menangis dan tidak menjawab apapun pertanyaan yang diberikan. Oleh Polsek setempat kemudian dititipkan di sebuah yayasan panti  asuhan.” Menurut Ayu

Ayu menambahkan “Kebetulan Panti Asuhan tersebut memiliki peraturan untuk melakukan medical check up sebelum menerima anak. Namun sayang sekali, setelah diketahui kondisi anak tersebut HIV Positif yayasan tidak mau menerima dan dikembalikan ke dinas sosial setempat.  Saat ini anak tersebut dalam perawatan intensif di RSUD Wardi Waluyo Blitar dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.  Untuk sementara semua biaya utnuk penanganan anak ini ditanggung oleh Pemerintah Kota Blitar. Namun ada berita juga bahwa anak ini akan di kirim ke penampunga ODHA di Provinsi Papua.”

Ayu yang sempat ke RSUD tersebut kemudian mengkroscek berita ini dan langsung menelfon Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Blitar. KPAK Blitar kemudian membenarkan adanya kasus ini, namun saya saudari Ayu menanyakan lebih detail, pihak KPA seperti tidak tahu menahu dan bilang bahwa hal ini sudah ditangani oleh Pemerintah Kota dan Dinas Sosial di Blitar. Kami dari ODHA Berhak Sehat, sepakat untuk mencari bantuan lokal dari Pemerintah Daerah Jawa Timur ataupun Kabupaten Blitar. Karena dengan membawa anak ini ke Papua, seperti mengasingkan anak ini dan Pemkot serta KPAK terkesan lepas tangan. Pihak Kepolisian juga sedang mencari Orangtua/keluarga yang meninggalkan anak ini di Pasar di daerah Blitar.

Update 4 Juli 2013 | Beberapa saat setelah saya share info ini di milis, Teman teman IPPI langsung melakukan upaya advokasi kepada pihak pihak terkait. Selain daripada itu, kasus ini bahkan sudah 1 minggu ada, dan banyak media nasional meliputnya, namun sama sekali tidak ada perubahan. Melly Windi Dewan Nasional IPPI yang saat itu berada di Malang dan Titin Mustika (Ayu) rekan IPPI di Blitar, telah berusaha menghubungi Pak Otto sekretaris KPA Provinsi Jawa Timur utk meminta bantuan dan solusi utk persoalan ini. Karena, dengan memindahkan ybs ke Papua itu bukan penyelesaian dan jalan keluar yang tepat.

Lalu Pak Otto meminta keduanya menghubungi Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, untuk kemudian bisa berkomunikasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Blitar. Pihak Dinas Sosial Prov Jatim lalu kemudian mengatakan dapat membantu dengan Persyaratannya adalah : surat keterangan tidak memiliki tempat tinggal tetap dan P4 dari dinsos kab.Blitar. Padahal, kami mendapat kabar bahwa keesokannya, Selasa 2 Juli 2013 pukul 14.00, segala persiapan keberangakatan adik di Blitar menuju Papua sudah siap. Mengapa tidak ada toleransi, persyaratan menyusul dan membantu terlebih dahulu, lantas malah meminta persyarataan. Dan Dinsos Kab Blitar, yang dimintai persyaratan tsbt pun keukeuh dan yakin utk tetap memindahkan anak ini ke Papua. Dan Kabar terakhir, adik dari Blitar ini fix dipindahkan ke Papua.

Kami dari Ikatan Perempuan Positif sungguh menyayangkan hal ini. Namun kami sungguh erharap pengalaman ini bisa menjadikan wacana untuk teman-teman yang mengaku peduli dengan isu ini ataupun menerima banyak pendanaaan untuk memperluas program sosialisai di daerahnya masing masing.  Blitar hanya 1 kejadian di antara daerah lain yang (semoga tidak) isunya belum terangkat. selain kitaa semua siapa lagi yang akan peduli pada nasib anak2 dan perempuan. Dan jika suatu hari nanti timbul masalah seperti ini … bukan PAPUA solusi yang tepat.

Update 5 Juli 2013 | Pagi ini saya mendapat nomor telfon rekan yang mendampingi Adik ini sampai ke Papua dari saudari Ayu di Blitar. Lalu segera setelah mendapat kontaknya, saya langsung menghubungi Ybs. Namanya mas Agung, dia salah satu volunteer di KDS Lentera Kasih. Agung menceritakan perihal perjalanan dan kondisi Adik ini kepada saya.

Saat ini, sang Anak telah aman dan nyaman berada di panti Asuhan Surya Kasih di daerah Wae’na Jayapura yang diasuh langsung oleh dr. Agustinus dari RS Dian Harapan. Antara Rs dan Panti Asuhan pun jaraknya sangat dekat. Sehingga jika dalam kondisi urgent, anak ini bisa segera mendapat perawatan. Menurut penuturan Agung yang mendampingi si adik sejak di Blitar hingga selasa lalu di Papua. Selama di RS Wardi Waluyo, anak ini sulit makan. Hanya mau makan ikan lele dan ikan gurame. Namun setelah sampai di Papua, dia makan lebih banyak dan kondisinya membaik.

Agung yang kini sudah kembali ke Blitar, menyampaikan bahwa keputusan membawa anak ini ke Papua sangatlah tepat. Karena posisinya anak ini skrg aman dan terjaga oleh tenaga yang kompeten.  Sekali lagi, kasus ini mengingatkan kita kembali tentang peran dan tanggung jawab kita semua dalam program penanggulangan HIV dan AIDS. Apa fungsi KPA hingga di letakan hingga kabupaten/kota? Bagaimana dengan dinas sosial di setiap daerah yg menyikapi hal ini? Bagaimana dengan teman teman LSM dan KDS di setiap wilayah juga. Jadi ini bukan tugas 1 org saja. Mari bersama sama agar kasus serupa tidak lagi terulang. Terima kasih utk teman2 di Blitar yang sudah berupaya sekuat tenaga untuk membantu anak ini, baik advokasi utk dia tetap tinggal dan akhirnya mendampingi hingga sampai di Papua.

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.