MRAN2015 – Menghidupkan Semangat Yang Padam

author

index

7 tahun yang lalu saya memiliki sosok yang sangat saya cintai. Kini dia telah berpulang, orang tersebut adalah suami yg sangat aku cintai. Dia pergi meninggalkan kami semua, karena sudah tidak kuat lagi melawan rasa sakitnya. Virus HIV yang ada dalam tubuhnya telah mengalahkan tekad hidupnya untuk terus hidup bersama kami, aku dan 2 orang anaknya. Pria ini, merupakan bagian penting dalam kehidupan kami, sosok yang penuh kasih sayang,disiplin dan penuh tanggung jawab dan bersamanya juga kami merasakan mempunyai keluarga yang utuh. Segala kebaikan dalam dirinya, memberikan saya semangat untuk terus bertahan hidup dan menjaga kedua anak kami. Saya selalu bersyukur kepada ALLAH SWT, Karena telah mempertemukan kami, memberikan saya kekuatanuntuk tetap bertahan hidup. Saya senantiasa mengirimkan doa disetiap hela nafas saya, agar suami dan ayah kami, bahagia di surganya yang paling indah. Saya juga akan terus berusaha, serta berjuang untuk membangun puing puing kebahagiaan kami yang sempat runtuh karena kepergiannya”. – AI (Lampung)

Malam Renungan AIDS Nusantara, yang diperingati setiap bulan Mei ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1983, digagas oleh Jaringan ODHA International bernama GNP+, yang mana, momentum bulan Mei ini sangat dikenal dengan istilah AIDS Candlelight Memorial Day. Setelah hampir 3 dekade program penanggulangan HIV AIDS Berjalan di Indonesia. Banyak kelompok kelompok yang juga mulai terinspirasi untuk melakukan kegiatan serupa, yang kemudian bertajuk Malam Renungan AIDS Nusantara, yang pertama ka,I diadakan pada tahun 1991.

Hari ini, di tahun 2015, begitu banyak kelompok kelompok orang yang hidup dengan HIV, kelompok yang peduli, kelompok yang terdampak langsung, termasuk didalamnya kelompok yang terhimpun dari keluarga serta sahabat yang pernah kehilangan mereka yang hidup dengan HIV. Dan Momentum ‘Malam Renungan AIDS Nusantara’ menjadi moment yang dinantikan oleh banyak mereka yang peduli terhadap issue ini. Kegiatan yang biasa diadakan di minggu kedua atau ketiga di bulan Mei ini, mengajak kita semua untuk mengingat mereka yang telah meninggal dalam perjuangannya melawan HIV AIDS dalam tubuh mereka, momen ini juga mengajak kita semua untuk mengingat bahwa perjalanan ini masih sangat panjang

Saya adalah salah seorang yang peduli terhadap isu HIV dan bekerja didalamnya. Saya Mengenal seseorang yang hidup dengan HIV, kami memang tidak akrab, hanya bertemu beberapa kali. Dia masih sangat muda, seorang yang sangat aktif dan dengan sukarela mau melakukan konseling dan Test HIV secara sukarela, saya tergugah karena dia memiliki kesadaran, bahwa penting untuk melakukan test HIV. Saya sangat terpukul saat mendengar kabar, yang bersangkutan telah meninggal dunia karena radang otak. Virus HIV dalam tubuhnya telah melemahkan kekebalan tubuh dan mengizinkan begitu banyak infeksi bersarang. Hingga kini, saya tidak akan pernah melupakannya, begitupun orang orang muda yang say akenal di lingkaran isu HIV AIDS ini. Banyak yang kemudian menjadi terpanggil untuk menginformasikan soal HIV-AIDS yg komprehensif ke kalangan remaja. Bagi saya, itu pertanda baik, bahwa mereka pada akhirnya berkontribusi pada upaya pencegahan penularan HIV, cukup terjadi pada mereka saja”. – Yenny Lubis (Medan)

imagesSaya mengenal seseorang, yang sangat aktif untuk menyuarakan persoalan HIV AIDS. Sudah lama sekali yang bersangkutan wafat. Ditengah keterbatasannya karena memiliki virus HIV dalam tubuh serta kungkung dan kecaman stigma diskriminasi di awal era penanggulangan HIV dia tetap militan berjuang. Dengan semangat yang lebih daripada mereka yang tidak memiliki virus HIV, serta kelembutan dan ketegarannya, Membuat kami yang tidak memiliki HIV malu karena merasa tidak mensyukuri hidup yang selalu berkeluh kesah menghadapi segala bentuk persoalan hidup. Sementara dia tetap bersemangat dan memberikan kami semangat untuk tetap berjuang”. – dr. kemmy (Surabaya)

 

Ada persoalan stigma dan diskriminasi yang lekat pada pikiran pikiran dan sikap masyarakat Indonesia, yang kerap kali memberikan perlakuan berbeda, hingga perlakukan tidak pantas seperti penolakan, hanya karena kami, dan mereka memiliki virus HIV di dalam tubuh ini. Persoalan lain yang juga menjadi sangat penting untuk dipikirkan adalah, peran serta masyarakat dan pemerintah dalam penanggulangan HIV. Karena, tanpa keterlibatan kedua pihak diluar komunitas HIV AIDS ini, mungkin kita hanya akan berjalan ditempat. Akan semakin banyak orang orang yang tidak peduli dengan ODHA serta keluarganya, akan semakin sempit ruang ruang ruang bagi mereka yang hidup dengan HIV, atau mereka yang terdampak langsung dengan HIV (Anak, pasangan, dan keluarga). Lantas apa yang bisa kita perbuat.

index1

Suami saya meninggal karenaAIDS pada tahun 2006. Sebelum wafat, alm memberanikan diri untuk melakukan pemeriksaan HIV, dan dari situlah dia mengetahui bahwa ada virus HIV di dalam tubuhnya. Sayangnya, hasil tersebut disimpannya sendiri, sampai satu tahun kemudian kondisinya memburuk, karena tidak mendapatkan penanganan yang semestinya. Ditengah kondisinya yang semakin lemah, terengah engah dengan bantuan oksigen tambahan untuk dapat dia berkata pada saya bahwa dia sangat takut. Takutditinggalkan olehku, dan dikucilkan oleh keluarga karena HIV ada dalam tubuhnya. Sosoknya, yang walaupun dahulu adalah seorang pecandu yang selalu mendapatkan cap buruk, meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Dia meninggal pada hari jumat, dan pergi dalam damai, karena dikelilingi orang orang yang mengasihinya. Sebelum wafat, dia masih mampu melaksanakan ibadah sholat dan tidak hentinya berzikir mengingat sang kuasa. Hingga detik ini, meskipun dia telah pergi meninggalkan kami, sosoknya senantiasa mengingatkan saya untuk selalu berserah diri kepada Tuhan YME. Saya juga percaya, dukungan dan peran serta keluarga dapat membawa proses pemulihan kesehatan mereka yang hidup dengan HIV, menjadi lebih baik.” – DA (Jogjakarta)

Yup, dukungan serta peran serta keluarga dalam proses pemulihan orang yang hidup dengan HIV menjadi bagian penting. Begitu banyak ODHA yang memilih menyimpan rapat rapat cerita kehidupannya, perjuangannya menghadapi HIV sendirian, lalu meninggal tanpa seorangpun tahu, bahwa seharusnya dia dapat memperbaiki kondisi tersebut. Ketakutan demi ketakutan senantiasa, membayang bayangi begitu banyak orang yang hidup dengan HIV, khawatir dicap sebagai seorang pendosa, amoral, dan bukan orang baik baik, malah menjadikan mereka terpuruk. Sedangkan jika penerimaan, serta dukungan tersebut hadir dan mengalir bak air yang menyejukan jiwa jiwa mereka yang hidup dengan HIV, ODHA dapat pulih, kembali hidup dan bermasyarakat tanpa rasa takut atau khawatir.

 

Setelah kepergian Almarhum mantan suamiku, ayah dari anaku.Dialah yang membuat aku jadi seperti sekarang, menjadi orang yang lebih baik. Meskipun banyak kesedihan, dan rasa duka selama bersamanya, namun tanpa dia aku gak mungkin menjadi aku saat ini”. – CF

 

He is my sunshine and My spirit. Walaupun kini dia telah pergi untuk selamanya, berpulang ke pangkuan Sang Maha Kuasa. Semangat hidupnya tertanam kuat dalam kehidupan kami – AD

 

Saya memiliki seorang sahabat. Dia adalah seorang ibu yang memiliki pribadi yang sangat ceria dan tenang. Dia memberikanku inspirasi untuk selalu patuh dan konsisten dalam mengkonsumsi obat ARV. Beberapa saat lalu, aku baru mendengar berita kepergiannya. Meskipun sedih, dan sangat merasa kehilangan. Namun sosoknya tidak mampu saya lupakan – R (Jogjakarta)

 

index2Begitu banyak ODHA yang mengirimkan ceritanya kepada kami. Cerita cerita yang menyesakkan dada namun juga menyejukan hati karena, dalam setiap cerita, tergambar rasa kasih dan sayang. HIV walau selalu menjadi momok yang menakutkan. Tapi ternyata juga dapat mengikat pertalian yang sempat renggang, merekatkan yang sempat pecah. HIV menyatukan jiwa jiwa yang rapuh dan hancur karena kehilangan. Dalam setiap kesedihan lantas teriring doa, dalam nafas kehilangan terpancar semangat untuk kembali bangkit dan hidup lebih baik, lebih sehat, hidup tanpa memberikan stigma diskriminasi dan penghakiman kepada masyarakat yang memiliki kekurangan atau kelebihan. Menjadi manusia yang terlahir kembali. Tim ODHA Berhak Sehat sendiri menyadari, bahwa jalan panjang kedepan tidak akan mampu kami tempuh sendirian, tidak akan sanggup ditapaki sendiri oleh mereka yang terdampak langsung dengan HIV. Ada tangan tangan yang dapat bergandengan, jiwa jiwa yang saling menopang satu sama lain, tangan tangan yang dapat saling memberikan pelukan, dan berkata, semua akan baik baik saja, atau kamu tidak sendirian.

 

Kepergian suami di tahun 2013, membuatku seperti kehilangan ruh di dalam ragaku, sakit dan amat pahit. Aku menyesal karena aku tak ada di sampingnya ketika dia menghembuskan nafas yang terakhir, bahkan selama dia berjuang di rumah sakit. tidak ada yang kabari aku. Aku memang sudah lama tidak bersamanya lagi, penyakit ini yang membuat kami berpisah tanpa perceraian. Orang tua kami tak lagi mendukung kami untuk bersama lagi.Perasaan sayang dan ketulusannya, tidak dapat memisahkan kami berdua. Meskipun kini aku juga hidup dengan HIV karena tertular darinya, namun dia tidak tergantikan. Dan aku beritikad, untuk terus berjuang melawan penyakit ini.” – H (Jakarta)

 

Pria ini, merupakan suamiku, sosok Ayah yang pendiam, namun sangat ramah dan tegas serta berwibawa. Pria yang juga sangat dihormati oleh masyarakat karena kepeduliannya terhadap sesama yang akhirnya menularkan kepada kami bahwa hidup ini adalah untuk menanam karma kebaikan.karena berbagi kebaikan adalah bekal kita untuk menuju kerumah Tuhan. Kepergiannya karena HIV, meski membawa kesedihan yang mendalam, namun juga menyisakan butir butir semangat yang kami kumpulkan, hingga kini dapat hidup lebih baik.” – Yoke ferdinandus (Bali)

 

Waktu akan terus berjalan, tidak dapat menunggu kita yang kalah atau mengalah. Namun Waktu, akan berjalan bersama derap langkah penuh semangat yang hadir dalam setiap cerita cerita yang kita dengar. Cerita tentang mereka yang pernah hidup bersama kita, mengisi ruang kosong dalam hati ini. Meski kini, raga mereka tidak lagi bersama kita. Namun, hanya dengan mengingat wajahnya, ada energy yang mengalir deras untuk kita membuka mata dan seluruh indera kita. Mari kita lanjutkan kehidupan, mari kita berjuang, mari kita hidup dan mensyukuri apa yang diberikan Tuhan kepada kita.

holding-hands

Mari kita jadikan momen Malam Renungan AIDS Nusantara ini, bukan untuk menangisi kehidupan yang penuh kesakitan dan kesedihan. Namun kita jadikan batu loncatan, untuk memperbaiki kehidupan, dan menebar manfaat serta kasih sayang. Tim ODHA Berhak Sehat mengucapkan terima kasih kepada semua yang mengirimkan ceritanya, yang tidak dapat kami tampilkan satu persatu karena terlalu banyak. Doa serta semangat senantiasa teriring dari setiap informasi yang kami sampaikan melalui platform social media kami. Semoga dengan Informasi informasi sederhana ini, akan semakin banyak orang yang peduli akan kesehatan dirinya, bertanggung jawab untuk menjaga agar tidak ada infeksi HIV baru. Salam solidaritas, stop stigma dan diskriminasi, keep loving each other!

Sumber Gambar : Google.com

Sumber Cerita : Berbagai sumber kepada Tim ODHA Berhak Sehat

 

Also Read

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.