SUFA, pengobatan ODHA = pencegahan HIV pada masyarakat,

author

Saat ini pemerintah Indonesia dengan motor Kementerian Kesehatan sedang menjalankan sebuah proyek percontohan yang diberi nama SUFA (Strategic Use of ARV). Ini adalah sebuah proyek percontohan guna memutus mata rantai penularan HIV dengan strategi memberikan pengobatan ARV kepada setiap ODHA tanpa melihat angka CD4. Sebelumnya, ODHA baru disarankan memulai terapi ARV jika angka CD4 berada dibawah angka 350.

Program ini mempunyai landasan ilmiah yang kuat. Dalam sebuah riset yang diterbitkan di Jurnal Lancet dan kemudian dikenal dengan nama HATIP 052, didapati fakta bahwa dengan pengobatan ARV yang termonitor pada ODHA mampu menurunkan tingkat penularan sampai dengan sebesar 96%. Ini jelas merupakan sebuah langkah maju dan menciptakan peluang emas ditengah sulitnya kita menyukseskan program penggunaan kondom konsisten pada kelompok populasi kunci.

Strategi SUFA ini kemudian dikuatkan oleh sebuah Surat Edaran Menteri Kesehatan nomer 129 tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pengendalian HIV-AIDS dan Penyakit Menular Seksual. Secara mudahnya, strategi yang dijalankan mencakup ekspansi tes HIV sehingga mampu mendiagnosa jumlah ODHA secara maksimal serta kemudian memberikan pengobatan ARV bagi setiap ODHA yang terdiagnosa.

Dalam surat edaran ini, tes HIV akan dianjurkan kepada ibu hamil di daerah dengan prevalensi HIV tinggi, pasien IMS, pasangan ODHA, pasien TB, pasien hepatitis dan warga binaan lapas.

Inisiasi ARV pun dilakukan dini tanpa melihat tingkat CD4 pasien. Ini khususnya bagi ibu hamil, pasien ko infeksi TB, Lelaki Seks dengan Lelaki, pasien koninfeksi Hepatitis B dan C, Perempuan Pekerja Seks, Pengguna Narkotika Suntik, ODHA yang pasangan tetapnya memiliki status HIV – dan tidak menggunakan kondom secara konsisten.

Untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan alat tes HIV dan ARV, kementerian kesehatan masih terus berkomitment menyediakan subsidinya sehingga tes HIV dan ARV bisa didapatkan secara gratis. Untuk meningkatkan kepatuhan, pemerintah juga telah memulai pengadaan obat ARV fixed dose combination sehingga ODHA cukup meminum satu pill satu kali sehari. Jelas ini lebih praktis menginggat sebelumnya ODHA harus meminum pil ARV dengan jumlah lebih banyak sehingga kadang ini menyulitkan dalam menjaga kepatuhan minum obat.

Satu tantangan terbesar yang masih ada dalam program ini adalah masih sangat terbatasnya subsidi bagi tes Viral Load yang mestinya digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan terapi ARV. Banyak daerah di Indonesia yang tidak mempunyai akses terhadap jenis tes ini dan bagi mereka pun yang mempunyai akses, kerap kali biayanya yang lebih dari 1 juta untuk sekali tes ini tidak terjangkau oleh mayoritas ODHA.

JKN menjadi salah satu peluang yang bisa dimanfaatkan sehingga akses ODHA ke tes Viral Load bisa ditanggung oleh jaminan pembiayaan ini. Keberhasilan program ini akan cukup menentukan keberhasilan kita dalam upaya menurunkan tingkat kesakitan dan kematian akibat AIDS serta mengendalikan laju epidami AIDS di Indonesia.

Also Read

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.